Kamis 20 Feb 2025 14:43 WIB

Strategi yang Bisa Diterapkan Jenama Lokal di Ramadhan Ini

Waktu promosi menjadi faktor krusial dalam efektivitas kampanye Ramadhan.

Pengunjung mencari barang kebutuhan di ITC Mangga Dua, Jakarta, Ahad (17/3/2024). Belanja masyarakat terhadap produk fashion dan makanan/minuman cenderung meningkat saat Ramadhan. Momentum tersebut dimanfaatkan kalangan pedagang untuk meningkatkan omzet jualan mereka.
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung mencari barang kebutuhan di ITC Mangga Dua, Jakarta, Ahad (17/3/2024). Belanja masyarakat terhadap produk fashion dan makanan/minuman cenderung meningkat saat Ramadhan. Momentum tersebut dimanfaatkan kalangan pedagang untuk meningkatkan omzet jualan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar kedua di dunia, Ramadhan bukan hanya memiliki makna spiritual yang mendalam. Bulan ini juga menjadi momentum strategis bagi jenama untuk memperkuat koneksi dengan konsumen.

Menurut studi dari Redseer, rata-rata pengeluaran masyarakat Indonesia selama Ramadhan diproyeksikan mencapai Rp 4,8 juta. Jumlah itu mencerminkan daya beli yang tinggi sekaligus peluang besar bagi jenama lokal untuk meningkatkan interaksi dan penjualan.

Baca Juga

Perubahan perilaku konsumen selama Ramadhan menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam kebiasaan berbelanja. Data dari Think With Google mengungkapkan 72 persen konsumen menganggap Ramadhan sebagai waktu terbaik untuk mendapatkan penawaran menarik. Di momen Ramadhan pula 78 persen konsumen lebih terbuka untuk mencoba merek baru, membuka peluang bagi jenama untuk menarik perhatian audiens baru.

Sebagai House of Brands terbesar di Asia Tenggara yang mendukung pertumbuhan jenama lokal, Hypefast merangkum strategi utama dalam memenangkan pasar Ramadan 2025. Dengan memahami tren perilaku konsumen, jenama dapat mengoptimalkan platform digital dan offline untuk meningkatkan konversi selama bulan suci ini.

Salah satu tren yang semakin diminati adalah belanja live shopping. Data menunjukkan 46-61 persen pengguna di kategori kecantikan, perawatan rumah, dan elektronik menemukan produk melalui demonstrasi secara langsung. Hal ini didukung oleh data TikTok selama Ramadhan 2024 yang mencatat lonjakan interaksi berkat fitur ini.

Selain itu, tren konten Employee Generated-Content (EGC) terbukti memiliki tingkat interaksi yang cukup tinggi. Dengan memberdayakan karyawan untuk berbagi konten yang autentik, jenama dapat meningkatkan jangkauan dan kredibilitas mereka di pasar. Mereka membangun kepercayaan dengan audiens dan memanusiakan brand dengan berbagi wawasan dan pengalaman yang organik. Menjadikan ini salah satu strategi yang patut dicoba dalam kampanye Ramadhan.

Optimalisasi tagar juga dapat meningkatkan visibilitas konten, seperti pada platform TikTok ada #racuninTikTok (400 juta lebih views) dan #takjil (2,6 miliar views). Pada Ramadhan 2024 ditemukan 62 persen dari 1,5T+ tayangan video di TikTok berkaitan dengan konten belanja.

Selain itu, data dari Redseer menunjukkan 70 persen konsumen secara aktif mencari informasi sebelum membeli. Oleh karena itu, penting untuk memastikan visibilitas produk di platform digital, salah satunya dengan mengoptimalkan penggunaan hashtag yang trending selama Ramadan.

Meskipun platform digital berkembang pesat, 69 persen konsumen Indonesia masih lebih memilih berbelanja langsung di toko. Preferensi ini sebagian besar dipengaruhi oleh kebiasaan budaya Ramadan di Indonesia, karena banyak konsumen lebih suka mencoba pakaian baru sebelum melakukan pembelian, memperkuat daya tarik berbelanja offline.

CEO Hypefast, Achmad Alkatiri, menekankan waktu promosi menjadi faktor krusial dalam efektivitas kampanye Ramadhan. Karena berkaitan langsung dengan pola konsumsi konten selama bulan suci.

"Saat Ramadhan, perubahan kebiasaan dalam mengakses konten turut mempengaruhi waktu berbelanja. Studi menunjukkan bahwa banyak orang sudah mulai merencanakan pembelian sejak seminggu sebelum menerima THR. Dengan memahami pola ini, brand dapat menentukan waktu yang tepat untuk mengoptimalkan strategi promosi terutama yang melibatkan penawaran-penawaran spesial," jelas Achmad, dikutip dari siaran pers, Kamis (20/2/2025).

Periode menjelang Maghrib dan waktu Sahur menjadi dua momen utama dimana interaksi digital meningkat signifikan. Saat berbuka puasa, banyak orang mengakses media sosial untuk mencari hiburan, informasi promosi, atau bahkan melakukan transaksi last-minute sebelum malam tiba. Begitu juga pada saat sahur, ketika konsumen menghabiskan waktu sebelum Subuh untuk menelusuri konten, menonton video, atau berbelanja online.

Dengan memahami pola ini, jenama dapat mengoptimalkan strategi pemasaran digital mereka. Misalnya dengan menyesuaikan waktu unggahan dan penayangan iklan agar lebih relevan dengan kebiasaan konsumsi konten selama Ramadhan. Kampanye yang diluncurkan pada jam-jam dengan tingkat keterlibatan tinggi akan memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan perhatian audiens dan meningkatkan konversi penjualan.

Selain digital, pola ini juga berdampak pada strategi offline. Promosi di toko atau pusat perbelanjaan cenderung lebih efektif pada sore menjelang berbuka, ketika orang mulai mencari makanan dan kebutuhan lainnya, serta puncaknya adalah seminggu sebelum Lebaran, saat urgensi belanja meningkat.

"Ramadhan selalu menjadi momen spesial bagi brand untuk membangun hubungan lebih dekat dengan konsumen. Dengan tren belanja dan kebiasaan konsumen yang dinamis, brand perlu menerapkan strategi yang bersinergi antara semua channel yang dimiliki untuk memenangkan pasar," ujar Achmad.

Ramadhan 2025 bisa menjadi momen emas bagi merek lokal untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan konsumen. Dengan mengadopsi nilai-nilai Ramadhan, mengoptimalkan strategi pemasaran digital dan offline, serta memahami perilaku konsumen, jenama dapat menciptakan kampanye yang lebih efektif dan berdampak selama bulan suci ini.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement