REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran memutuskan menaikkan anggaran militer tiga kali lipat pada 2025. Menurut anggota Komite Kemanan Nasional Iran di parlemen, Ahmad Bakhshayesh Ardestani, tak selalu berarti negaranya bersiap untuk perang, melainkan menjadi tanda bahwa negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) soal program nuklirnya tak lagi menjadi opsi.
"(Kesiapan berperang) Itu tidak bisa dipastikan, tapi dalam beberapa kasus, kenaikan anggaran militer secara signifikan berarti kami tidak akan lagi bernegosiasi," kata Ardestani, dikutip Shafaq News, Rabu (19/2/2025),
Pernyataan Ardestani itu dilontarkannya dalam keterangan pers di tengah meningkatkan ketegangan menyusul ancaman dari Presiden AS Donald Trump, yang mengungkapkan, Israel kemungkinan akan melancarkan serangan jika Iran tidak meninggalkan program nuklirnya.
Namun, Komandan Senior Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Amir Ali Hajizadeh sebelumnya menegaskan, Iran tidak akan tinggal diam jika fasilitas nuklirnya diserang Israel dengan bantuan AS. Hajizadeh menggambarkan kawasan Timur Tengah akan terbakar hebat akibat dari serangan balasan Iran.
"Jika fasilitas nuklir Iran diserang, api akan muncul di kawasan dalam dimensi melebihi apa yang bisa dibayangkan," kata Hajizadeh beberapa hari setelah koran AS melaporkan rencana serangan Israel akan dilancarkan pada tahun ini, dikutip Iran International, Rabu (19/2/2025).
Proposal anggaran untuk 2025 termasuk rencana ekspor 1,75 juta barel minyak per hari, dengan 420 ribu barel (sekitar 24 persen) dialokasi langsung untuk kekuatan militer. Menurut laporan Iran International, nilai itu setara hingga 11 miliar euro, atau naik dari anggaran 2024 sebesar 4 miliar euro.
Hajizadeh bergumentasi, bahwa kenaikan anggaran militer demi persiapan perang tidak hanya untuk kemampuan menyerang tapi juga pertahanan. "Situasi perang bukan hanya berarti menyerang, tapi juga menyiapkan pertahanan jika diserang," kata Hajizadeh, sambil menyorot serangan misil terakhir Israel ke Iran tidak berdampak buruk buat mereka tapi meningkatkan kewaspadaan di kalangan perwira tinggi untuk meningkatkan anggaran militer.
Adapun, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebelumnya menegaskan tidak mencemaskan konfrontasi militer dengan mengatakan, "Kami tidak khawatir atas ancaman berat atau perang langsung."