REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Adegan penyerahan jenazah para tahanan Israel pada Kamis sarat dengan pesan-pesan dari perlawanan Palestina kepada penjajah. Sebagian besar mengingatkan pada kerugian yang diderita Israel selama perangnya di Jalur Gaza.
Brigade Al-Qassam, sayap militer kelompok Hamas, menyerahkan gelombang pertama jenazah tahanan yang dijadwalkan akan diserahkan sebagai bagian dari tahap pertama perjanjian gencatan senjata.
Perlawanan menyerahkan jenazah empat tahanan Israel, termasuk seorang ibu dan dua anaknya dari keluarga Bibas. Mereka semua terbunuh akibat serangan pasukan pendudukan ketika upaya untuk mengambil mereka kembali dengan paksa, seperti yang dilaporkan koresponden Aljazirah.
Hamas mengumumkan, tiga anggota keluarga Bibas meninggal akibat serangan Israel ke utara Gaza pada 29 November 2023. Ini membuat mereka tak disertakan dalam gencatan senjata pertama pada Desember tahun itu. Israel sampai akhirnya hari ini, tak pernah mengakui meninggalnya tiga anggota keluarga Bibas itu.
Jenazah-jenazah itu ditempatkan di peti mati berwarna hitam, masing-masing dengan foto dan rincian pemiliknya, di atas platform yang memuat gambar yang menunjukkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai vampir. Di atas gambar ini, kelompok perlawanan menulis bahwa penjahat Netanyahu dan pasukannya membunuh orang-orang ini dengan rudal Nazi mereka.

Di atap rumah-rumah yang hancur di daerah Bani Suhaila di kota Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, kelompok perlawanan mengibarkan spanduk yang menunjukkan penyergapan yang dilakukan pasukan pendudukan di sejumlah wilayah Jalur Gaza selama perang.
Di antara penyergapan yang fotonya dipublikasikan oleh kelompok perlawanan adalah penyergapan Al-Farahin yang terjadi di daerah Al-Zana sebelah timur Kota Gaza. Perlawanan menulis di papan bahwa itu bukanlah piknik, melainkan bencana besar. Foto-foto tersebut menunjukkan bahwa penyergapan ini telah mengakibatkan delapan tentara Israel tewas.
Beberapa pejuang Qassam membawa senjata yang digunakan dalam operasi ini, yang sering muncul dalam video yang disiarkan oleh kelompok perlawanan tentang operasi tersebut sebelum gencatan senjata. Salah satu pejuang juga memberikan pernyataan tentang operasi yang terjadi di timur Kota Gaza selama perang, rinciannya, cara pelaksanaannya, dan kerugian yang ditimbulkan akibat pendudukan.
Di tengah alun-alun penyerahan diri, kelompok perlawanan memasang spanduk bergambar peti mati dan statistik operasi dan kerugian Israel, serta gambar-gambar lain yang mengekspresikan konfrontasi para pejuang dengan kendaraan Israel.
Di area tersebut juga dipasang spanduk bertuliskan, “Kembalinya perang = kembalinya tahanan dalam peti mati,” mengacu pada nasib yang menanti para tahanan Israel di Gaza jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk kembali berperang lagi.
Video from Khan Yunis during the handover of the bodies of four Israeli captives shows a banner on the stage reading:
"The war criminal Netanyahu & his Nazi army killed them with missiles from zionist warplanes." pic.twitter.com/3BHKiLvQvU
— The Palestine Chronicle (PalestineChron) February 20, 2025
Koresponden Aljazirah mengutip salah satu pemimpin perlawanan yang mengatakan bahwa Al Qassam melakukan banyak operasi kompleks melawan pasukan pendudukan di timur Kota Gaza.
Menurut pemimpin Qassam, selama perang, daerah ini menjadi saksi pemboman 6 rumah di mana pasukan Israel bercokol dengan peluru anti-personil, selain 26 operasi penargetan yang berbeda, 21 operasi penembak jitu yang ia gambarkan rumit, dan penyerangan terhadap 20 tank dengan peluru Al-Yassin.