REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat Rahimakumullah,
Kalimat syukur menjadi satu keniscayaan yang harus kita ungkapkan setiap saat karena berbagai nikmat dan anugerah telah Allah berikan kepada kita. Di antara nikmat yang tak bisa kita bantah dan pasti kita rasakan saat ini adalah nikmat kesehatan dan umur panjang sehingga kita bisa terus beribadah kepada Allah.
Terlebih, Alhamdulillah, kita sebentar lagi akan bertemu dengan bulan suci Ramadhan yang senantiasa kita tunggu-tunggu kehadirannya. Rasulullah dalam haditsnya pun senantiasa menunggu dan mengungkapkan kerinduannya kepada bulan Ramadhan dengan senantiasa berdoa sejak dua bulan sebelumnya.
Sebuah doa termaktub dalam Kitab Al-Adzkar karya Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi:
اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”
Mudah-mudahan kita bisa bertemu dengan bulan Ramadhan yang penuh dengan ampunan Allah dan keberkahan.
Selain bersyukur, mari kita juga senantiasa menguatkan ketakwaan kita kepada Allah swt yang pada bulan Ramadhan nanti takwa kita akan benar-benar teruji. Bagaimana tidak? Pada bulan Ramadhan, kita diwajibkan melaksanakan puasa selama satu bulan penuh.
Jika kita patuh terhadap perintah untuk berpuasa, dengan tidak pura-pura berpuasa sekaligus meninggalkan semua yang bisa membatalkan puasa, maka insya Allah kita akan menjadi insan yang bertakwa.
Takwa sendiri adalah tujuan utama disyariatkannya puasa, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah Ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”