REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang pasti mengalami musibah baik yang menimpa diri sendiri ataupun orang banyak. Hal semacam itu merupakan tes langsung dari Allah untuk menguji ketahanan dan keimanan seorang hamba apakah dapat meningkat ke level yang lebih tinggi atau tidak.
Jika naik ke level yang lebih tinggi, maka seseorang akan semakin asyik beribadah dan melakukan segala rutinitas. Dzikir senantiasa terucap disertai ritme ketenangan hati. Sikapnya selalu istikamah dalam mendekati Allah, tak peduli orang-orang lain yang asyik dengan keduniaan.
Namun sebaliknya, bila gagal naik level ketika diuji dengan musibah, bisa jadi seseorang gelisah dan takut. Hatinya selalu gusar ketika menghadapi musibah. bukan asyik berdzikir tapi menjelekkan orang dan pihak lain yang dianggapnya sebagai biang kerok musibah. Sikap demikian sama sekali tidak membawa kepada ketenangan hati, jauh dari kebaikan, dan lebih parah lagi, mengakibatkan pada kesengsaraan lahir dan batin.
Alquran mengingatkan umat manusia bahwa segala musibah yang terjadi atas izin Allah SWT. Lantas bagaimana agar mendapatkan petunjuk dari Allah SWT saat tertimpa musibah?
Alquran menerangkan bahwa siapapun yang beriman kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan petunjuk kepada hati orang yang tertimpa musibah. Hal ini dijelaskan dalam Surat At-Tagabun Ayat 11 dan tafsirnya.