Jumat 21 Feb 2025 09:40 WIB

Netanyahu Dituding Rekayasa Peledakan Tiga Bus Kosong di Tel Aviv, Ini Kata Analis Israel

Analis bertanya siapa yang akan mendapatkan keuntungan dari peledakan bus tersebut.

Rep: Fuji EP/ Red: A.Syalaby Ichsan
Sebuah bus terbakar setelah terbakar akibat ledakan di tempat parkir di Bat Yam, 20 Februari 2025.
Foto: Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan
Sebuah bus terbakar setelah terbakar akibat ledakan di tempat parkir di Bat Yam, 20 Februari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM — Tiga bus kosong yang baru saja meledak di daerah Bat Yam, selata Tel Aviv, Kamis (20/2/2025) malam, dinilai tak lepas dari kemungkinan rekayasa yang menyesatkan. Para analis mengungkapkan, peristiwa itu tak bisa dilepaskan dengan ketegangan internal di dalam negeri Israel setelah kembalinya empat jenazah tawanan di dalam peti mati yang terbunuh oleh bom-bom Israel. 

Kembalinya jenazah-jenazah tersebut pada Kamis sebelum ledakan, memancing tuduhan publik, terutama keluarga tawanan, kepada Pemerintah Israel yang mengkhianati mereka. 

Baca Juga

Penulis masalah Israel, Ihab Jabarin mempertanyakan kesimpulan Israel yang cepat bahwa ledakan-ledakan tersebut bersifat 'nasionalistik'. Dia pun bertanya-tanya siapa yang akan mendapatkan keuntungan dari peledakan bus-bus tanpa penumpang pada hari di mana semua mata tertuju kepada Israel setelah serah terima jasad para tawanan.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Al-Jazeera Arab, Jabarin mengingatkan akan kejadian-kejadian pengeboman biasa pada tahun-tahun sebelumnya, yang tidak diklaim oleh pihak manapun. Dia mengungkapkan, hal yang menonjol pada saat itu adalah pemilihan waktunya. Israel menggunakan peristiwa-peristiwa ini ketika mereka menghadapi krisis politik dan sering menggunakannya sebagai dalih.

photo
Dua aktivis menggelar teatrikal penangkapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat aksi bela Palestina di Kota Tangerang, Banten, Jumat (6/12/2024). - (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

Jabarin berspekulasi Israel mungkin mengeksploitasi ledakan-ledakan tersebut untuk memperkuat narasi dan mengejar ambisinya di Tepi Barat, bersamaan dengan keinginannya untuk mencapai tujuannya dalam perang melawan Gaza dan melucuti perlawanan, dikutip dari laman Palestine Chronicle, Jumat (21/2).

Menurut Jabarin, ledakan-ledakan tersebut dapat mendorong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memberhentikan kepala Shin Bet, Ronen Bar, menyusul 'kesuksesan' sebelumnya Netanyahu bersama koalisi sayap kanan yang membuat Kepala Staf Herzl Halevi mundur. 

Jabari yang memang memiliki spesialisasi masalah Israel berbicara tentang penghinaan yang jelas terhadap situasi ini. Dia menyimpulkan bahwa ada “pembesar-besaran sistematis atas kemampuan Palestina yang mengeklaim bahwa mereka mengancam eksistensi negara nuklir.”

Pada Kamis malam, polisi Israel melaporkan adanya ledakan di tiga bus di daerah Bat Yam, sebelah selatan Tel Aviv. Mereka menyatakan bahwa lima alat peledak ditanam di selatan Tel Aviv, beberapa di antaranya meledak. Polisi menambahkan bahwa ledakan bus tersebut dicurigai bermotif nasionalisme.

Media Israel melaporkan, investigasi awal menunjukkan bahwa ledakan-ledakan tersebut disebabkan oleh bahan peledak. Polisi melakukan pencarian dan penyisiran terhadap para tersangka yang mungkin telah menanam bahan peledak tersebut di dalam bus-bus tersebut.

Pakar militer Brigadir Jenderal Elias Hanna mencatat bahwa respon Israel terhadap ledakan-ledakan tersebut mengindikasikan adanya kepanikan. Menurut dia, ledakan tersebut menunjukkan kegagalan intelijen Israel dalam meminta para sopir bus untuk mencari bahan peledak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement