Senin 24 Feb 2025 16:02 WIB

Firasat Ibu Sebelum Anaknya Tewas dalam Pentas Seni di SMK Bandung Barat

Ibu korban berharap peristiwa yang menimpa menjadi pelajaran bagi sekolah

Rep: Ferry Bangkit Rizki / Red: Arie Lukihardianti
Pemakaman Siswa SMK di Desa Tagogapu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat yang Tewas Saat Pentas Seni di Sekolahnya
Foto: Dok Republika
Pemakaman Siswa SMK di Desa Tagogapu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat yang Tewas Saat Pentas Seni di Sekolahnya

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT-- Duka mendalam masih menyelimuti keluarga MRD (17) siswa SMK asal Desa Tagogapu, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat yang tewas ketika memeragakan adegan bunuh diri dalam sebuah pentas seni di sekolahnya.

Siswa kelas 3 SMK Dharma Pertiwi itu meninggal dunia pada Kamis (20/2/2025) ketika memperagakan adegan bunuh diri menggunakan benda tajam, dimana dirinya memerankan seorang perempuan hamil. Gelaran teater tersebut merupakan kegiatan wajib tahunan di sekolah itu.

Baca Juga

Ade Kartini, orang tua korban mengatakan terakhir kali bertemu dengan anaknya itu pada Rabu (19/2/2025) atau sehari sebelum kejadian. Ketika itu MRD izin untuk menginap dan makan-makan bersama teman-temannya di sekolah.

"Sehari sebelum kejadian dia pamit katanya mau nginep di sekolah, bawa bekal mau masak di sana. Saya udah larang suruh di rumah saja. Tapi katanya sama teman-teman," ujar Ade Kartini saat ditemui, Senin (24/2/2025).

Tak disangka percakapan dengan anaknya itu menjadi yang terakhir kalinya karena keesokan harinya ia harus menerima kenyataan pilu bahwa MRD harus meninggal dalam kegiayan di sekolah. Ade berharap peristiwa yang menimpa menjadi pelajaran bagi sekolah agar lebih ketat mengawasi kegiatan peserta didik di lingkungan sekolah.

"Dua hari kejadian pihak sekolah ke sini, mereka minta maaf. Sebetulnya saya belum bisa menerima, karena anak saya dipercayakan di sana. Mudah-mudahan pihak sekolah gak cuci tangan, minimalnya mereka mendapatkan teguran atau sanksi supaya kedepannya tidak ada lagi," kata Ade.

Cerita mendalam pun diutarakan Ade. Dia mengatakan anaknya memiliki keinginan kuat untuk belajar agama Bahkan sebelum masuk SMP, anaknya itu sebetulnya lebih memilih masuk pesantren. Namun ketika itu belum diizinkan.

"Awal masuk SMP pengennya dia masuk pesantren. Cuman karena takut gak fokus jadinya saya suruh dia sekolah di sini. Pas kemarin terakhir-terakhir katanya setelah sekolah pengen pesantren lagi," katanya.

Dalam kesehariannya, MRD rajin mengaji di masjid dekat tempat tinggalnya. Ketika bersekolah di SMK Dharma Pertiwi, disebutkan Ade Kartini, keinginan anaknya untuk bersekolah pesantren masih tinggi. Hal tersebut membuat Ade Kartini luluh, sehingga ia berniat mengizinkan keinginan anaknya, dengan syarat setelah lulus sekolah.

"Jadi ngomongnya kalau lulus sekolah gak mau kerja dulu pengen lanjutin pesantren di daerah Sukabumi. Kalau saya bilang gak apa-apa kalau sudah beres sekolah silahkan kalau mau pesantren," katanya.

Muhammad Abdul Fahmi, teman korban mengungkapkan pertemuan terakhirnya bersama almarhum. Disebutkan saat itu ia mengajak mendiang untuk kembali mengaji bersama, namun yang bersangkutan mengatakan belum bisa lantaran masih ada keperluan lain.

"Dia baik suka bercanda suka ngumpul bareng. Alhamdulillah dia suka ngaji suka bareng ke pengajian banyak amal baik yang dilakukan beliau. Dia ceria banget bisa mencairkan suasana. Jadi kami senang berteman dengan dia," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement