Senin 24 Feb 2025 17:38 WIB

Seatrade Qatar Senggol Target IMO 2050, Apakah Berhasil?

Kekurangan tenaga profesional yang kompeten di industri maritim dinilai telah mengurangi produktivitas dan pertumbuhan perdagangan laut global.

Rep: Farhan Muhammad Aditomo ShippingCargo/ Red: Partner
.
Foto: network /Farhan Muhammad Aditomo ShippingCargo
.

Ilustrasi sea freight. Sumber: Freepik
Ilustrasi sea freight. Sumber: Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta –Konferensi Seatrade Maritime Qatar baru-baru ini menjadi ajang diskusi bagi para pemimpin industri maritim global untuk membahas strategi mencapai target netral karbon pada tahun 2050 yang ditetapkan oleh International Maritime Organization (IMO). Dalam konferensi yang berlangsung pada 4-5 Februari 2025 kemarin, para panelis, khususnya dari wilayah Teluk, memberikan kontribusi positif dalam berbagai topik, termasuk transisi energi maritim, pembiayaan hijau, kolaborasi strategis antar pemangku kepentingan, logistik berkelanjutan, dan pengembangan sumber daya manusia maritim.

Industri maritim saat ini menyumbang sekitar tiga persen dari total emisi CO2 global. IMO menargetkan pengurangan emisi ini hingga nol pada tahun 2050, yang berarti seluruh sektor pelayaran harus mencapai netralitas karbon. Para panelis menilai peluang mencapai target ini sebesar 50 persen, dengan syarat adanya komitmen kuat dari semua pemangku kepentingan, implementasi regulasi maritim yang efektif, pengembangan infrastruktur maritim berkelanjutan, kolaborasi dengan institusi penelitian, intervensi pemerintah yang tepat, serta dukungan dari investor dan perbankan.

Diskusi mengenai pembiayaan hijau menyoroti kolaborasi antara lembaga keuangan dan pemilik kapal. Pada tahun 2024, terjadi peningkatan investasi signifikan dalam industri pelayaran global untuk pengadaan kapal-kapal modern yang ramah lingkungan dan dilengkapi teknologi canggih, di mana ;angkah proaktif ini dianggap sebagai titik awal dalam mewujudkan tujuan IMO 2050, dengan harapan dapat mengurangi konsumsi energi dan biaya perawatan kapal.

Kolaborasi antara pemilik kapal, galangan kapal, perusahaan logistik, perusahaan teknologi, otoritas pelabuhan, perusahaan investasi, dan pemerintah nasional dianggap krusial sehingga kolaborasi berbasis data diharapkan dapat merevolusi proses operasional maritim global melalui pertukaran data yang efektif dan interaksi yang bermakna antar pemangku kepentingan. Kendatipun begitu, per Maritime Executive, panelis mengidentifikasi bahwa digitalisasi penuh industri maritim masih menjadi tantangan utama yang perlu diatasi untuk meningkatkan efisiensi operasional perdagangan maritim secara global.

Kurangnya kolaborasi antara institusi penelitian, universitas, akademisi, dan perguruan tinggi maritim disebut sebagai hambatan signifikan dalam mencapai target netral karbon IMO 2050. Presiden University of Doha for Science and Technology (UDST), Dr. Salem Al-Naemi, mengajak para pemangku kepentingan maritim untuk berinvestasi dalam penelitian, pengembangan, dan infrastruktur teknologi untuk pendidikan maritim. Ia juga menekankan pentingnya beasiswa pendidikan bagi mahasiswa sarjana dan pascasarjana.

sumber : https://shippingcargo.co.id/posts/511112/seatrade-qatar-senggol-target-imo-2050-apakah-berhasil
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement