Senin 24 Feb 2025 20:11 WIB

Awal Ramadhan Berpotensi Berbeda, Ini Penjelasan Astronom Bosscha  

Ramadhan tahun ini diperkirakan akan jatuh pada 1 Maret 2025.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Mencari Hila Ramadhan l/Ilustrasi
Foto: AP/Joshua Paul
Mencari Hila Ramadhan l/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan sebentar lagi akan tiba. Ramadhan tahun ini diperkirakan akan jatuh pada 1 Maret 2025 mendatang. Kendati demikian, astronom dari Observatorium Bosscha Bandung, Muhammad Yusuf mengungkapkan, masih ada potensi terjadi perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan tahun ini. 

"Potensi perbedaan akan ada untuk 1 Ramadhan nanti, karena untuk pengamal rukyat itu akan membutuhkan verifikasi, bisa melihat hilal atau tidak," ujar Yusuf saat ditemui usai menjadi narasumber dalam acara "Catch the Moon Ramadan Kareem" yang digelar Ditjen Bimas Islam di Kantor Kemenag Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2025). 

Baca Juga

Dia menjelaskan, sebagian besar pengamal hisab dan imkanur rukyat di Indonesia sebenarnya sudah hampir bisa menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1446 H akan jatuh pada 1 Maret 2025. Namun, menurut dia, posisi hilal pada 28 Februari 2025 nanti akan sulit diamati. 

"Nah, saya perlu ceritakan bahwa pada tanggal 28 Februari nanti, itu posisi hilalnya agak sulit untuk diamati," ujar Yusuf. 

"Jadi, sangat mungkin akan ada kegagalan untuk melihat hilal," ucap Yusuf. 

Jika gagal melihat hilal, kata dia, maka pengamal rukyat akan menggenapkan bulan Sya'ban menjadi 30 hari. Sehingga, bulan Ramadhan akan jatuh pada 2 Maret 2024. 

"Sebagian besar ulama itu memerlukan verifikasi bulannya bisa dilihat. Kalau bulan itu tidak bisa kita lihat, maka itu harus digenapkan menjadi 30 hari," kata Yusuf. 

Jadi, tambah dia, ada beberapa hal yang membuat awal Ramadhan tahun ini berpotensi berbeda. Pertama, karena posisi hilalnya memang agak sulit. 

"Artinya bulannya akan sangat tipis. Pada kondisi tersebut, meskipun cerah sekalipun, itu masih agak sulit untuk diamati," jelas dia. 

Kedua, lanjut dia, cuaca di Indonesia saat ini masih bulan hujan, sehingga hilalnya kemungkinan besar akan tertutup awan. 

Sementara, menurut kriteria baru MABIMS, imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. Jika menggunakan kriteria tersebut, kata Yusuf, maka sebenarnya wilayah Aceh sudah memenuhi kriteria tersebut.

"Jadi, untuk menetapkan tanggal 1 Ramadhan melalui kriteria tadi, itu sebenarnya sudah bisa," kata Yusuf.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement