Selasa 25 Feb 2025 19:01 WIB

BPOM Sebut Empat Kunci Sukses Kemandirian Obat

BPOM: Peran kampus salah satu kunci bangun kemandirian obat.

Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat.
Foto: Dok BPOM
Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebutkan, terdapat empat kunci kesuksesan kemandirian obat, salah satunya peran serta perguruan tinggi atau kampus, lainnya yakni riset dan pengembangan, inovasi, kolaborasi internasional.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan, salah satu contoh peran kampus adalah dalam kerja sama penelitian dan pengembangan di bidang obat, termasuk obat herbal. Taruna mengatakan, obat herbal atau obat dari bahan alam dapat melengkapi atau memenuhi kebutuhan nasional terhadap obat-obatan.

Baca Juga

Dia menyebutkan, obat bahan alam memiliki khasiat yang bahkan telah dimanfaatkan sejak dulu. Menurut data BPOM, terdapat lebih dari 15.000 item produk obat bahan alam yang terdaftar sebagai jamu, 77 obat herbal terstandar, dan 20 fitofarmaka. "Masih banyak tanaman obat yang belum diteliti," kata Taruna.

Oleh karena itu, katanya, pengembangan obat herbal sangat terbuka lebar, dan pihaknya berperan untuk mempertemukan kampus/perguruan tinggi dengan industri. BPOM mendukung dan mengawal kolaborasi penelitian antara perguruan tinggi dan industri.

"Kerja sama ini perlu dilakukan sejak awal agar hasil penelitian dapat dihilirisasi oleh industri," ujarnya. Dia menegaskan komitmennya untuk mendukung penuh dan mengawal setiap upaya riset dan pengembangan hingga hilirisasi obat, vaksin, dan obat herbal. Upaya ini dilakukan untuk mewujudkan kemandirian nasional di bidang sediaan farmasi.

Taruna pun berharap para akademisi, sebagai bagian dari masyarakat, dapat berpartisipasi aktif dalam pengawasan obat dan makanan melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Dalam kesempatan itu dia menggarisbawahi bahwa ketahanan kemandirian obat bukan hanya tentang cara dan kemampuan menyediakan obat itu, namun juga khasiat obat bagi masyarakat.

“BPOM melakukan pengawasan dan pengendalian khasiat, keamanan, serta mutu obat dan makanan secara komprehensif sepanjang product life cycle,” ungkapnya.

Siklus tersebut dimulai dari pencegahan yakni standardisasi, perizinan, pembinaan, lalu pengawasan, hingga penindakan. Taruna menilai, keseluruhan siklus ini berkesinambungan untuk memastikan produksi, distribusi, konsumsi obat dan makanan yang aman, bermutu dan berkhasiat, mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat sekaligus juga memperkuat industri obat dan makanan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement