REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Marhaban berakar dari kata rahib yang berarti 'luas' atau 'lapang.' Ungkapan marhaban ya Ramadhan mengandung arti bahwa kaum Muslimin menyambut Ramadhan dengan lapang dada, penuh kegembiraan--tidak dengan menggerutu, atau menganggap kehadirannya sebagai gangguan bagi kita.
Marhaban ya Ramadhan kita ucapkan untuk menyambut bulan suci itu. Sebab, kita mengharapkan agar jiwa-raga diasah dan diasuh serta diperbaiki guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Ada "gunung tinggi" yang harus dilampaui guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Gunung itu ialah nafsu.
Di gunung itu, ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan.
Namun, bila tekad tetap membara, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang. Dan saat itu akan nampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tempat-tempat indah utuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga.
Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraaan ar-rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan Kekasihnya, yakni Allah SWT. Demikian lebih kurang, perjalanan demikian dilukiskan dalam buku Madarij as-Salikin.
Tentu, kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu. Tahukah Anda apa bekal itu?
Benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan shalat dan tadarus Alquran. Pada siangnya, kita larut dalam ibadah berpuasa hanya mengharap ridha Allah SWT.
View this post on Instagram
Tingkatkan takwa
Bulan suci Ramadhan adalah kesempatan besar bagi kaum Muslimin untuk memperbaiki ketakwaan mereka kepada Allah. Hal ini sudah ditegaskan sebagai tujuan puasa Ramadhan.