REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte pada Sabtu (1/3/2025) meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk memulihkan hubungannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump. Hal itu setelah keduanya terlibat pertengkaran di Ruang Oval Gedung Putih, Washington DC pada Jumat (28/2/2025).
"Penting bagi Presiden Zelenskyy untuk menemukan cara memulihkan hubungannya dengan Presiden Amerika dan dengan tim kepemimpinan senior Amerika. Saya membahas hal ini kemarin dengan Zelenskyy," kata Rutte kepada BBC Inggris.
Baca: Drone Ukraina Sukses Hancurkan Artileri Koksan Milik Korut
Mantan perdana menteri (PM) Belanda tersebut menilai, insiden itu "disayangkan". Pada Jumat, pembicaraan antara Trump dan Zelensky mengenai penyelesaian konflik di Ukraina berakhir dengan kegagalan. Hal itu setelah mereka plus Wapres AS JD Vance terlibat pertengkaran di Ruang Oval dan diliput langsung oleh media.
Para pejabat senior AS kemudian meminta delegasi Ukraina meninggalkan Gedung Putih dan konferensi pers antara Trump dan Zelenskyy pun dibatalkan. Trump juga membatalkan penandatanganan perjanjian mineral tanah jarang antara AS dan Ukraina, yang sebelumnya sudah disepakati kedua belah pihak.
Baca: Repatriasi Sukarela Tawanan Perang Korut yang Ditangkap di Ukraina
Menurut Rutte, Zelenskyy harus menghormati apa yang telah dilakukan Trump untuk Ukraina. Termasuk, sambung dia, pengiriman senjata selama masa jabatan Trump yang pertama sebagai presiden AS.
Setelah pertengkaran di Gedung Putih itu, Zelenskyy mengatakan dalam wawancara dengan Fox News bahwa dirinya yakin tidak melakukan kesalahan apa pun. Karena itu, ia menolak meminta maaf kepada Trump atas munculnya perdebatan yang disiarkan televisi secara luas tersebut.
Baca: Aselsan Cetak Rekor, pada 2024 Teken Kontrak Senilai Rp 106,9 Triliun