Senin 03 Mar 2025 05:03 WIB

Pasukan Suriah Bergerak ke Jaramana, Siap Adang Israel

Israel mengancam menginvasi Suraih dengan dalih melindungi komunitas Druze.

Druze asal Suriah saat menggelar demonstrasi menentang serangan Israel ke wilayah Suriah di provinsi selatan Sweida, Suriah, Selasa, 25 Februari 2025.
Foto: AP Photo/Omar Sanadiki
Druze asal Suriah saat menggelar demonstrasi menentang serangan Israel ke wilayah Suriah di provinsi selatan Sweida, Suriah, Selasa, 25 Februari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Pasukan Suriah untuk pertama kalinya sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad mulai menantang ancaman militer Israel. Mereka bergerak ke wilayah Jaramana, lokasi kerusuhan yang melibatkan komunitas Druze pekan lalu.

Aljazirah melansir, pada Ahad konvoi pasukan keamanan Suriah telah memasuki Jaramana, sebuah kota yang mayoritas penduduknya adalah Druze. Hal ini setelah berhari-hari terjadi kerusuhan menyusul terbunuhnya seorang petugas keamanan dalam bentrokan antara penduduk setempat dan pasukan keamanan. Video dari Jaramana yang diverifikasi oleh Aljazirah menunjukkan penduduk setempat berkumpul di sekitar konvoi dan tampak merayakan kedatangannya.

Baca Juga

Pada hari Sabtu, kota Jaramana di pedesaan Damaskus menyaksikan ketegangan keamanan, ketika bentrokan meletus antara pasukan Keamanan Umum dan orang-orang bersenjata lokal dari komunitas minoritas Druze.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita resmi Suriah, SANA, Direktur Keamanan Kegubernuran Pedesaan Damaskus, Kolonel Hossam al-Tahhan mengklarifikasi bahwa tindakan ini menyusul penolakan mereka yang terlibat dalam pembunuhan Ahmad al-Khatib, seorang pegawai Kementerian Pertahanan, untuk menyerah.

Dia menekankan bahwa pasukan yang dikerahkan “akan bekerja untuk menangkap orang-orang yang terlibat dan menyerahkan mereka ke pengadilan.” Al-Tahhan menyatakan bahwa kelompok bersenjata, yang ia sebut sebagai “pelanggar hukum otoritas negara,” menolak semua upaya mediasi dan kesepakatan.

photo
Tentara Israel di atas tank di sepanjang Jalur Alpha yang memisahkan Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel dari Suriah, di kota Majdal Shams, Senin, 9 Desember 2024. - (AP Photo/Matias Delacroix)

“Tidak ada wilayah geografis di Suriah yang berada di luar kendali lembaga-lembaga negara,” tegasnya, menyoroti kerja sama yang signifikan dari penduduk Jaramana. Al-Tahhan juga menjelaskan bahwa tujuan di balik operasi tersebut adalah untuk "mengakhiri kekacauan" dan pos pemeriksaan ilegal yang didirikan oleh kelompok terlarang yang terlibat dalam penculikan, pembunuhan, dan perampokan bersenjata.

Sebelumnya, pemerintah Israel, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Netanyahu, telah mengancam akan melakukan intervensi di Suriah “untuk membela” minoritas Druze. Meskipun, para pemimpin agama dari komunitas tersebut mengecam pembunuhan petugas tersebut sebagai tindakan “massa yang tidak disiplin”.

Tentara Israel telah diperintahkan untuk bersiap "mempertahankan" Jaraman. Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu bahwa kota Jaramana, yang terletak di pinggiran ibukota, “saat ini diserang oleh pasukan rezim Suriah”. “Kami tidak akan membiarkan rezim teror Islam ekstremis Suriah merugikan Druze. Jika rezim merugikan Druze – kamilah yang akan membalas,” katanya.

Pemimpin komunitas Druze di Lebanon, Walid Jumblatt menambahkan pada konferensi pers pada Ahad bahwa ia akan segera mengunjungi Suriah, dan menuduh Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menabur perpecahan sektarian di negara tersebut. “Di Suriah, ada rencana sabotase. Ada rencana sabotase di kawasan ini dan demi keamanan nasional negara-negara Arab,” kata Jumblatt.

photo
Aktor-Aktor Perlawanan di Suriah - (Republika)

Israel telah melakukan ekspansi ke Suriah selatan sejak penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad pada bulan Desember, dan Netanyahu baru-baru ini mengatakan bahwa Israel tidak akan mengizinkan pasukan Suriah memasuki wilayah selatan Damaskus.

Israel telah menggunakan keamanan penduduk minoritas Druze di Suriah sebagai dalih atas ancaman terbarunya, terutama setelah bentrokan antara pejuang Druze dan pasukan keamanan Suriah di pinggiran kota Damaskus. Banyak warga Druze Suriah yang menolak upaya Israel untuk berbicara atas nama mereka, dan protes telah diadakan di provinsi Sweida yang mayoritas penduduknya Druze menentang serangan udara Israel di Suriah.

Israel mempunyai kelompok minoritas Druze, yang sebagian besar pro-Israel, dan banyak dari mereka yang wajib militer menjadi tentara Israel. Namun, sebagian besar warga Druze di negara-negara tetangga, seperti Suriah dan Lebanon, pro-Palestina.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement
Advertisement