Senin 03 Mar 2025 18:59 WIB

Menlu AS: Mustahil Akhiri Perang Ukraina tanpa Kedua Pihak Berunding

AS ingin membawa Rusia dan Ukraina ke meja perundingan.

Menlu AS, Marco Rubio
Foto: EPA-EFE/CRISTOBAL HERRERA-ULASHKEVICH
Menlu AS, Marco Rubio

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio menyatakan, perang di Ukraina tidak dapat diselesaikan kecuali kedua belah pihak bersedia berunding. Langkah menuju perundingan ini, lanjut dia, bisa dimulai dari pihak Rusia.

"Kami (AS) berusaha mengakhiri perang. Anda tidak bisa mengakhiri perang tanpa kedua belah pihak duduk bersama, dimulai dengan Rusia," kata Marco Rubio dalam wawancara dengan program "This Week" yang ditayangkan ABC News, Ahad (2/3/2025).

Baca Juga

"Saya tidak menjanjikan bahwa ini bisa terjadi. Saya tidak mengatakan ada kemungkinan 90 persen. Namun, saya bisa pastikan bahwa kemungkinannya nol persen jika kita tidak membawa mereka ke meja perundingan," ujarnya menambahkan.

Rubio juga membela pendekatan yang dilakukan Presiden AS Donald Trump dalam mendorong Rusia untuk berunding. Menurut dia, AS pun ingin agar perang di Ukraina dapat berujung perundingan damai.

"Kita harus membawa (Rusia) ke meja perundingan. Anda tidak akan bisa membawa mereka ke meja jika terus menghina mereka atau bersikap konfrontatif. Ini adalah naluri presiden yang terbentuk dari pengalaman bertahun-tahun dalam merancang kesepakatan," ucap Rubio.

Ia mengakui, dirinya belum melakukan kontak dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. Khususnya setelah pertemuan antara Trump dan Zelenskyy di Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025) lalu yang berakhir dengan perdebatan sengit.

Rubio menyayangkan pihak-pihak yang mengkritik gaya komunikasi dan langkah-langkah yang sedang dilakukan Trump dalam memediasi Ukraina dan Rusia. Ia menyindir, jika Trump adalah seorang Demokrat, maka sang presiden akan dianggap pantas menerima Hadiah Nobel Perdamaian.

"Jika ini dilakukan oleh seorang Demokrat, semua orang pasti akan berkata, ‘dia (Trump) sedang menuju Hadiah Nobel Perdamaian,’" ucap Rubio, "Ini benar-benar absurd."

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Rubio juga mengomentari pertanyaan tentang mengapa Trump merasa pantas menyebut Zelenskyy sebagai seorang diktator. Seperti diketahui, presiden AS tersebut mengalamatkan tudingan itu kepada pemimpin Ukraina itu sejak beberapa pekan terakhir.

"Kita telah menghabiskan tiga tahun menyebut Vladimir Putin dengan berbagai julukan. Tapi itu bukan inti persoalannya sekarang," kata Rubio menanggapi.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement
Advertisement