Selasa 04 Mar 2025 15:18 WIB

OJK: Pasar Saham Domestik Merosot 11 Persen pada Februari 2025

Non residen mencatatkan net sell Rp 18,19 triliun (mtd).

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami ambruk hingga 11 persen. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami ambruk hingga 11 persen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi membeberkan kinerja pasar modal Indonesia pada Februari 2025. Tercatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami ambruk hingga 11 persen. 

“Di tengah sentimen perekonomian global, pasar saham domestik ditutup melemah 11,8 persen month to date (mtd) pada 28 Februari 2025 ke level 6.270,60, atau secara year to date (ytd) melemah 11,43 persen,” jelas Inarno dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner OJK yang digelar secara daring, Selasa (4/3/2025). 

Baca Juga

Inarno mengatakan, angka kapitalisasi pasar atau market cap bursa tercatat Rp 10.879,86 triliun, atau turun 11,68 persen (mtd) dan turun 11,8 persen (ytd). Seiring dengan itu, asing telah menarik dana dari pasar modal domestik dalam jumlah yang besar. “Non residen mencatatkan net sell Rp 18,19 triliun (mtd), atau secara ytd net sell Rp 21,9 triliun,” ungkapnya. 

Sementara itu, Inarno melanjutkan, di pasar obligasi, indeks pasar obligasi (ICBI) mengalami penguatan 1,14 persen (mtd), atau naik secara ytd sebesar 1,92 persen. Investor non residen mencatatkan net buy sebesar Rp 8,86 triliun (mtd) atau Rp 13,51 triliun (ytd).

Adapun di industri pengelolaan investasi, nilai aset under management (AUM) tercatat Rp 822,65 triliun per 28 Februari 2025. Angka tersebut turun 0,78 persen (mtd) atau 2,16 persen (ytd), dengan reksa dana tercatat net subscription Rp 3,03 triliun (mtd) atau Rp 0,44 triliun (ytd). 

“Terkait penghimpunan dana di pasar modal, hari ini masih dalam tren yang positif, tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp 20,74 triliun melalui satu penawaran umum terbatas dan 11 penawaran umum berkelanjutan,” ujar Inarno. 

Ia menyebut, masih terdapat 123 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif Rp 42,56 triliun. Adapun untuk penggalangan dana pada securities crowd funding (SCF) sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 25 Februari 2025 terdapat 18 penyelenggara yang mendapatkan izin dari OJK, dengan 759 penerbitan efek dari 492 penerbit dan 176.119 pemodal. Total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp 1,43 triliun. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement