Selasa 04 Mar 2025 19:47 WIB

Korban Banjir Pejaten Timur Berbuka Puasa Seadanya di Posko Pengungsi

Banjir kali ini di Pejaten Timur lebih parah dari sebelumnya.

Rep: Bayu Adji P / Red: Indira Rezkisari
Warga beristirahat saat rumahnya terendam banjir di Kawasan Pejaten Timur, Jakarta Selatan, Senin (3/3/2025). Banjir setinggi kurang lebih 60 centimeter hingga 150 centimeter yang melanda kawasan tersebut disebabkan oleh meluapnya kali ciliwung imbas kiriman air dari kawasan Bogor. Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mencatat 28 RT di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur terendam banjir imbas luapan Kali Ciliwung pada Senin (3/3/2025) pagi ini. Diketahui bendungan Katulampa sempat mencapai ketinggian 220 Centimeter atau Siaga 1 dan diperkirakan air sampai di Jakarta pagi ini.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga beristirahat saat rumahnya terendam banjir di Kawasan Pejaten Timur, Jakarta Selatan, Senin (3/3/2025). Banjir setinggi kurang lebih 60 centimeter hingga 150 centimeter yang melanda kawasan tersebut disebabkan oleh meluapnya kali ciliwung imbas kiriman air dari kawasan Bogor. Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mencatat 28 RT di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur terendam banjir imbas luapan Kali Ciliwung pada Senin (3/3/2025) pagi ini. Diketahui bendungan Katulampa sempat mencapai ketinggian 220 Centimeter atau Siaga 1 dan diperkirakan air sampai di Jakarta pagi ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 940 warga atau 283 kepala keluarga (KK) terdampak banjir di Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (4/3/2025). Setidaknya, 244 rumah di kawasan itu terendam air dengan ketinggian lebih dari tiga meter.

Berdasarkan pantauan Republika, ratusan warga yang terdampak banjir itu harus mengungsi dari rumah mereka. Sebagian mengungsi di masjid, sebagian lainnya mengungsi di SMPN 46 Jakarta.

Baca Juga

Ketika beduk Maghrib para pengungsi itu harus berbuka puasa dengan makanan seadanya di SMPN 46 Jakarta. Mereka menempati ruang kelas di sekolah itu yang dialihfungsikan untuk tempat pengungsian.

Salah seorang warga yang terdampak banjir, Wasimin (65 tahun) mengatakan banjir terjadi sejak Senin (3/3/2025) pagi. Banjir datang dari luapan Sungai Ciliwung yang melintasi kawasan.

"Air pertama naik Senin, kita sudah beres-beres, lalu surut, saya bersihkan," kata lelaki yang telah tinggal di sana sejak 1988 saat ditemui di posko pengungsian SMPN 46 Jakarta selepas buka puasa.

Alih-alih surut, banjir yang terjadi di rumahnya makin menjadi pada Selasa pagi. Karena itu, ia bersama keluarganya harus mengungsi ke SMPN 46 Jakarta. "Tadi (air) mulai datang habis sahur. Padahal rumah sudah bersih, tahu-tahu dateng air lagi," kata Wasimin.

Ia mengatakan, banjir yang terjadi di rumahnya kali ini lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, biasanya banjir tidak pernah sampai ke lantai dua rumahnya.

"Biasanya tahun lalu nggak seperti ini banjirnya. Baru tahun ini lagi parah. Terakhir itu sebelum Covid-19," ujar dia.

Salah seorang warga lainnya, Sumarti (62), memgatakan banjir di rumahnya terjadi sejak Senin pagi. Ketika itu, air disebut tidak terlalu tinggi. Namun, banjir kembali datang pada Selasa pagi.

"Sekarang tinggi airnya. Di lantai dua itu ada seleher. Lebih 3 meter air. Soalnya (rumah) saya tiga tingkat," kata dia.

Ia menilai, banjir parah seperti ini sangat jarang terjadi di kawasan rumahnya. Sebab, biasanya air tak pernah sampai ke lantai dua. "Baru kali ini lagi yang parah," kata perempuan yang telah tinggal di kawasan itu sejak 1989 itu.

Mau tak mau, Sumarti harus mengungsi ke SMPN 46 Jakarta. Pasalnya, di rumahnya sudah tidak ada lagi tempat untuk tidur. "Nanti tidur di sini. Semalam mah saya masih di rumah," kata dia.

Menurut dia, warga selalu mendapatkan makanan, baik untuk sahur maupun berbuka, selama mengungsi. Makanan yang disediakan juga dinilai cukup untuk berbuka puasa. Sumarti mengaku telah lelah menghadapi banjir yang menerjang rumahnya itu. Ia pun berharap pemerintah dapat membebaskan lahannya. "Harapan, maunya digusur terus dapat pengganti yang sesuai, bisa buat cari yang lebih aman," kata dia.

Ketua RT 5/5 Kelurahan Pejaten Timur, Suwardi, mengatakan wilayahnya telah terdampak banjir sejak Senin pagi. Setidaknya, terdapat hampir 1.000 warga yang terdampak banjir di kawasan itu.

Menurut dia, sementara ini warga mengungsi di sekolah dan masjid yang tidak terdampak banjir. Pihaknya juga telah menyalurkan kebutuhan logistik untuk warga yang terdampak banjir.

"Logistik dari masyarakat, ada donatur, kelurahan, Dinsos. Buat buka di sini semua. Mudah-mudahan nanti ada dari Dinsos lagi buat sahur," dia.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jakarta, hingga Selasa pukul 17.00 WIB, masih ada 122 RT yang terdampak banjir di Jakarta. Selain itu, lebih dari 1.000 orang dilaporkan mengungsi yang tersebar di 20 titik posko pengungsian.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by ESG Now (@esg.now)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement