Rabu 05 Mar 2025 16:59 WIB

Pengamalan Pancasila Dinilai Sejalan dengan Semangat Bulan Ramadhan

Ibadah puasa di bulan Ramadhan juga mengajarkan kesalehan sosial.

Umat muslim berdoa saat bulan Ramadhan (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Umat muslim berdoa saat bulan Ramadhan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Islam, ibadah puasa di bulan Ramadhan dilakukan sebagai salah satu bentuk penghambaan wajib terhadap Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Puasa mengajarkan pada umat Islam agar bisa merasakan kondisi orang lain yang kurang beruntung, dengan menahan lapar dan dahaga. Kedua hal di atas setidaknya sesuai dengan sila pertama dan kedua dari Pancasila.

Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal Jakarta, KH. Bukhori Sail At-Tahiri, menjelaskan bahwa sebenarnya banyak esensi dari syariat Islam yang termuat di dalam Pancasila. 

"Dalam kaitannya dengan sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, orang yang berpuasa melakukannya karena beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hubungan antara puasa Ramadan dan ibadah lainnya dengan Pancasila sangat erat karena tujuan akhir dari ibadah adalah membentuk pribadi yang saleh. Kesalehan ditunjukkan dengan menjadi orang yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya,” terang KH Bukhori di Jakarta, Rabu (5/3/2025).

Menurutnya, jika seseorang terlihat baik dari penampilannya, tetapi justru memberikan mudarat kepada masyarakat, maka dia bukanlah orang yang saleh, meskipun ibadahnya luar biasa. Apabila seorang ahli ibadah dalam bermuamalah atau bergaul dengan masyarakat ia malah merugikan, mencelakakan, atau bahkan membahayakan orang lain, itu bukanlah kesalehan sejati. Kesalehan sejati artinya bermanfaat di segala waktu (shalih likulli zaman) dan di segala tempat (shalih likulli makan).

KH Bukhori menerangkan, ibadah puasa di bulan Ramadhan juga mengajarkan kesalehan sosial, kepedulian kepada lingkungan dan masyarakat. Ramadan bukan hanya tentang mementingkan diri sendiri dengan membeli barang-barang mewah untuk keperluan Lebaran. 

"Ramadhan mengajarkan kita untuk peduli kepada lingkungan sekitar dengan memberikan zakat dan sedekah. Hal ini berkaitan dengan sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia," kata KH Bukhori.

Selain itu, KH Bukhori pun menyebutkan bahwa Ramadan ini adalah momen pemberian program syariat agar umat Islam menjadi orang yang saleh. Saleh tidak hanya dalam konteks pribadi, tetapi juga harus saleh secara sosial. Puasa adalah perintah wajib bagi setiap Muslim, yang intinya adalah menahan diri. Menahan diri berarti seseorang harus mampu mengendalikan dirinya dari hawa nafsu dan berbagai keinginan lainnya yang tidak bermanfaat.

Pada Ramadhan tahun ini, KH Bukhori juga mengkritisi sebagian dari umat Islam yang cenderung keras dalam menjalankan ibadahnya, seolah belum sepenuhnya memahami hakikat dari ibadah itu sendiri. Mereka ini adalah kelompok yang dengan mudahnya melempar klaim salah, sesat, bahkan kafir pada kelompok lainnya, hingga melakukan makar dan menyerang aparat penegak hukum.

“Saya melihat orang-orang yang demikian itu adalah orang-orang yang belajarnya belum sempurna dan terkesan masih egois. Ketika mereka belajar Islam, mereka merasa bahwa berjuang untuk Islam atau berjihad berarti mereka harus menjadi yang paling jagoan. Harus membuat yang lain mengalah dan tidak ada yang boleh berbeda pendapat. Nah, ini adalah kesalahan dalam pemahaman yang belum sempurna,” ungkapnya.

Bukhori berpendapat, kalau melihat para ulama yang ilmunya sudah mumpuni, mereka bahkan seperti orang yang sudah mahir dalam bela diri yang tidak menunjukkan kesombongan. Namun, orang baru belajar bela diri, masih satu atau dua jurus itu cenderung petantang-petenteng untuk menunjukkan bahwa mereka telah belajar bela diri.

"Kadang-kadang kita di masyarakat melihat orang ini baru belajar Islam tapi kemudian menyalahkan orang lain dengan mengatakan harus begini atau harus begitu, mencaci orang lain, merendahkan dan lain-lain. Padahal mereka belum tahu banyak," katanya.

KH Bukhori berharap agar umat Islam tidak mudah digiring dengan narasi bahwa Pancasila bukanlah bagian dari syariat Islam. Justru harus dipahami bahwa esensi dari nilai syariat Islam lah yang melahirkan Pancasila, sehingga keduanya bisa saling menguatkan dan menjadi jati diri bangsa hingga saat ini.

"Antara Pancasila dan nilai-nilai Keislaman itu saling mendukung dan memperkuat, karena Pancasila sesungguhnya adalah saripati dari syariat Islam. Hal ini yang membuat keduanya tidak bertentangan. Oleh karenanya, bulan Ramadan adalah kondisi yang sangat mendukung bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa dan yang lainnya, sekaligus melaksanakan pengamalan butir-butir Pancasila," ujar KH Bukhori.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement