REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dalam sebuah wawancara singkat dengan The New Arab, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah di Gaza, Ismail Thawabtah menuduh Israel telah melanggar kewajibannya dalam perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati.
Thawabtah berpendapat bahwa Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menggunakan kelaparan sebagai bentuk tekanan politik terhadap penduduk Gaza, Palestina. Sehingga membuat warga Palestina di Gaza tidak bisa bertahan.
Thawabtah menunjukkan bahwa faktor terpenting dalam pelanggaran yang dilakukan Israel adalah tidak mengizinkan masuknya 50 truk bahan bakar per hari, padahal itu diatur dalam perjanjian. Faktanya Israel hanya mengizinkan masuknya 23 truk per hari.
Ia lebih lanjut mencatat bahwa Israel mencegah sektor komersial untuk mengimpor semua jenis bahan bakar, meskipun ada teks eksplisit dalam perjanjian yang mewajibkan hal ini.
Thawabtah mengatakan bahwa Israel hanya mengizinkan 15 rumah mobil masuk ke Gaza, dari 60.000 unit rumah mobil yang telah disepakati. Israel juga hanya mengizinkan membawa masuk sekitar 50 persen dari tenda yang dibutuhkan untuk melindungi penduduk Palestina.
Israel terus mencegah masuknya alat berat yang diperlukan untuk memindahkan puing-puing dan mengeluarkan mayat, dengan hanya sembilan kendaraan yang diizinkan masuk, meskipun Gaza sebenarnya membutuhkan setidaknya 500 kendaraan.