Senin 10 Mar 2025 21:24 WIB

Angka Investasi Internasional Indonesia Turun 25,1 Miliar Dolar AS di Kuartal IV/2024 

Tercatat, posisi AFLN pada akhir kuartal IV/2024 tercatat sebesar 522,8 miliar dolar.

Rep: Eva Rianti / Red: Gita Amanda
Bank Indonesia mencatat terjadi penurunan posisi investasi internasional (PII) Indonesia pada kuartal IV/2024 hingga 25,1 miliar dolar AS. 9ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Bank Indonesia mencatat terjadi penurunan posisi investasi internasional (PII) Indonesia pada kuartal IV/2024 hingga 25,1 miliar dolar AS. 9ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyampaikan laporan mengenai posisi kewajiban neto investasi internasional Indonesia pada akhir 2024. Tercatat terjadi penurunan posisi investasi internasional (PII) Indonesia pada kuartal IV/2024 hingga 25,1 miliar dolar AS.

“Pada akhir triwulan IV 2024, PII Indonesia mencatat kewajiban neto sebesar 245,3 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir triwulan III 2024 sebesar 270,4 miliar dolar AS,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Senin (10/3/2025). 

Baca Juga

Denny menjelaskan penurunan kewajiban neto tersebut dipengaruhi oleh kenaikan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) dan penurunan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN).

Tercatat, posisi AFLN pada akhir kuartal IV/2024 tercatat sebesar 522,8 miliar dolar AS, naik 0,6 persen (qtq) dari 519,7 miliar dolar AS pada akhir kuartal III/2024. Peningkatan posisi AFLN tersebut dipengaruhi oleh kenaikan penempatan aset terutama dalam bentuk cadangan devisa, diikuti oleh investasi langsung dan investasi portofolio. Peningkatan posisi AFLN lebih lanjut tertahan oleh faktor perubahan lainnya seiring penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia dan pelemahan indeks harga saham global.  

Sementara itu, posisi KFLN Indonesia menurun di tengah tetap solidnya aliran masuk modal asing pada investasi langsung dan investasi lainnya. Posisi KFLN Indonesia pada akhir kuartal IV/2024 turun 2,8 persen (qtq) menjadi 768,1 miliar dolar AS dari 790,0 miliar dolar AS pada akhir kuartal III/2024. Penurunan posisi KFLN tersebut dipengaruhi oleh transaksi investasi portofolio yang mencatat aliran modal keluar seiring ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

“Sementara itu, investasi langsung dan investasi lainnya tetap membukukan aliran modal masuk yang mencerminkan terjaganya optimisme investor terhadap prospek ekonomi dan iklim investasi domestik,” ujar Denny. 

Perkembangan posisi KFLN lebih lanjut juga dipengaruhi oleh penurunan nilai instrumen keuangan domestik, seiring penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah, dan penurunan harga saham domestik. “Secara keseluruhan tahun 2024, PII Indonesia juga mencatat penurunan kewajiban neto dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2023,” ungkapnya.

Kewajiban neto PII Indonesia tercatat turun dari 257,9 miliar dolar AS pada akhir 2023 menjadi 245,3 miliar dolar AS pada akhir 2024. Penurunan kewajiban neto PII tersebut bersumber dari peningkatan posisi AFLN sebesar 37,5 miliar dolar AS (7,7 persen secara yoy) yang lebih tinggi dibanding peningkatan posisi KFLN sebesar 24,9 miliar dolar AS (3,4 persen secara yoy). 

Peningkatan posisi AFLN didorong oleh kenaikan posisi pada seluruh komponen, baik investasi langsung, investasi portofolio, investasi lainnya, maupun posisi cadangan devisa. Sementara itu, kenaikan posisi KFLN terutama dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya. “Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan IV 2024 dan keseluruhan tahun 2024 tetap terjaga, sehingga mendukung ketahanan eksternal,” terang Denny. 

Ia menyebut, hal itu tercermin dari perbaikan rasio net kewajiban PII Indonesia terhadap PDB dari 18,8 persen pada tahun 2023 menjadi 17,6 persen pada tahun 2024. Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (92,3 persen) terutama dalam bentuk investasi langsung. 

Ke depan, lanjut Denny, BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek PII Indonesia dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal. Selain itu, ia menekankan BI akan terus memantau potensi risiko terkait perkembangan kewajiban neto PII terhadap perekonomian Indonesia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement