Selasa 11 Mar 2025 16:10 WIB
Hikmah Ramadhan

Puasa Warisan Cerdas Masa Lalu yang Menyehatkan

Sebegitu pentingkah puasa itu hingga harus diwariskan?

Moh. Ali Imron
Foto: dokpri
Moh. Ali Imron

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Moh. Ali Imron, MFis (Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Urusan Internasional UNISA Yogyakarta)

Masjid-masjid kita atau bahkan masjid di seluruh dunia bulan ini tampak begitu meriah dan bercahaya lebih terang, terlihat bersih dan jamaah pun bertambah banyak di banding hari-hari di nbulan biasa. Aneka spanduk pun tak jarang terpasang dengan desain yang beragam dengan tulisan besar “Marhaban ya Ramadhan”.

Ya, bulan ini adalah bulan Ramadhan 1446 Hijriyah. Dalam tradisi Arab, kata Marhaban digunakan untuk menyambut sesuatu atau seseorang yang membahagiakan. Jika kata itu digunakan untuk menyambut Ramadhan maka sudah pasti kehadiran Ramadhan pasti membahagiakan.

Menu utama perintah Allah SWT pada bulan Ramadhan adalah shiyam (puasa) seperti tertuang dalam surat Al-Baqarah 183. Ada dua kebahagian bagi kita yang berpuasa kata Rasulullah SAW dalam hadisnya yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya (Tuhan). Maka tak pelak riuh rendah anak-anak, remaja dan orang tua memenuhi masjid jika saat berbuka tiba.

"Alhamdulillah telah luruh hilang dahaga karena rahmat Allah SWT." Demikian juga ketika sebulan penuh puasa dijalankan maka warna-warni baju baru dan semerbak wangi wewangian menyambut nikmat fitri semua orang seperti bayi tanpa dosa dengan pipi yang berseri. Inilah nikmatnya Ramadhan yang ditunggu-tunggu.

Paragraf di atas adalah gambaran manfaat puasa secara batiniah. Namun demikian puasa yang telah dilakukan manusia dari generasi ke generasi ternyata memiliki manfaat lain dalam kebudayaan manusia. Maka surat Al-Baqarah: 183 dengan jelas menginformasikan pada kaum Muslimin bahwa perintah puasa juga telah diperintahkan kepada umat sebelumnya.

Sebegitu pentingkah puasa itu hingga harus diwariskan? Mari kita tengok sekilas beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan yang penasaran dengan puasa terutama manfaat puasa bagi kesehatan fisik manusia. Francisco Visioli dkk (2022) telah menerbitkan tulisan yang menarik dengan judul “Traditional and medical application of fasting”. Puasa telah dijalankan umat manusia sejak zaman sebelum masehi, zaman para Filsuf Yunani hingga agama-agama besar dari Yahudi, Budha, Hindu, Kristen dan Islam hari ini.

Masyarakat kuno telah menggunakan puasa sebagai cara untuk menurunkan berat badan, mencegah alzheimer, memperpanjang hidup dan memperlambat penuaan (Hipocrates 460-370 SM). Sementara Pultrach mengatakan (48-120 SM) mengatakan bahwa dari pada minum obat lebih baik menunda makan hari ini. Puasa adalah tabib dalam.

Tentu saja bagaimana cara berpuasa antara masyarakat kuno berbeda dengan cara puasa agama-agama, bahkan puasa yang dijalankan dalam kedokteran modern.

Dalam kedokteran modern puasa pertama kali digunakan sebagai pengobatan oleh Dr Otto Uchinger yang mengobati penyakit rematik dengan cara mengatur masuknya makanan.

Dan tampaknya berhasil sehingga Dr Otto membuat klinik puasa di Jerman dan hari ini terus berkembang dalam penelitian-penelitian tentang manfaat berpuasa. Dari beberapa penelitian itu dapat disarikan bahwa puasa berpengaruh pada hormon yang terkait energi, hormon pertumbuhan, dan terkait dengan masa otot dan kepadatan tulang.

Di lain hal bahwa kekhawatiran puasa akan menyebabkan kelaparan dan juga kurang gizi justru tidak terbukti. Namun demikian jika kita memilki penyakit tertentu sudah seharusnya kita berkonsultasi pada ahli kesehatan terlebih dahulu.

Berbagai manfaat puasa baik secara ruhani (kebahagiaan) dan manfaat kesehatan yang ada memberi jawaban pada kita kenapa puasa diwariskan dari generasi ke generasi.

Benyamin Frangklin: Obat terbaik dari semua penyakit adalah istirahat dan puasa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement