REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat (KBB), mencatat kasus demam berdarah dangue (DBD) sudah mencapai 332 orang hingga 12 Maret 2025. Dari jumlah itu sebagian besarnya adalah menyerang kalangan usia produktif.
"Kasus DBD paling banyak terjadi pada rentang usia 15-44 tahun dengan total 141 kasus hingga bulan ini," ujar Kepala Dinkes Bandung Barat, Ridwan Abdullah Putra saat dikonfirmasi, Selasa (12/3).
Sementara dari aspek sebaran jenis kelamin, jumlah penderita laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan, dengan 174 kasus laki-laki dan 158 kasus perempuan. Ridwan mengatakan, kasus DBD setiap tahunnya selalu menjadi perhatian pihaknya. Adapun untuk tahun ini jika melihat laporan per bulan, jumlah kasus DBD menunjukkan tren penurunan yang signifikan.
Pada Januari 2025, terdapat 172 kasus yang kemudian sedikit menurun menjadi 150 kasus di Februari. Sementara itu, hingga pertengahan Maret 2025, hanya terdapat 10 kasus yang dilaporkan.
Beberapa kecamatan di KBB mencatat jumlah kasus DBD yang lebih tinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Yakni ada di tiga kecamatan dengan kasus terbanyak adalah Cililin 62 kasus, Cihampelas 43 kasus, dan Cikalongwetan 36 kasus. "Tren kasusnya menurun di Bulan Maret 2025 ini dan kabar baiknya tidak ada laporan kematian akibat penyakit ini," kata Ridwan.
Ridwan mengimbau, masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran DBD, terutama dengan memperkuat program 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang). Serta menambahkan tindakan pencegahan seperti penggunaan obat anti nyamuk dan fogging di daerah rawan.
Pemerintah daerah juga mengajak warga untuk aktif dalam Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) guna mencegah lonjakan kasus, terutama di saat musim penghujan dengan intensitas tinggi seperti sekarang. "Meskipun kasus DBD di Bandung Barat mengalami penurunan di bulan ini, kami mengimbau masyarakat untuk tidak lengah dan selalu menjaga kebersihan lingkungan," kata dia.