REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menandatangani surat edaran (circular letter) terkait persetujuan aksesi Kongo menjadi anggota penuh dalam Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) pada Rabu (12/3/2025). Surat tersebut juga akan ditandatangani secara paralel oleh Menteri Perladangan dan Komoditi Malaysia, Menteri Pertanian dan Peternakan Honduras, serta Menteri Kelapa Sawit Papua Nugini.
“Pada tahun 2023, harvested area kelapa sawit Kongo sekitar 340.000 hektare dengan produksi tandan buah segar (TBS) sekitar 2,23 juta ton dan produktivitas 6,59 ton per hektare. Adapun jumlah pekebun kelapa sawit sebanyak 54.000 pekebun,” kata Airlangga di Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Meskipun industri kelapa sawit Kongo masih dalam tahap pengembangan, Airlangga menilai negara ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi sawit secara berkelanjutan. Kongo berkomitmen untuk mengembangkan sektor kelapa sawit sebagai bagian dari diversifikasi ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
Sebelum akhirnya resmi menjadi anggota penuh, Kongo telah berperan sebagai negara tamu (guest country) dan pengamat (observer country) di CPOPC.
Keanggotaan Kongo di CPOPC sebagai negara Afrika pertama yang menjadi anggota penuh akan semakin memperkuat posisi CPOPC di kancah global. Hal ini menjadi langkah strategis dalam memperluas pengaruh CPOPC di pasar kelapa sawit dunia, terutama dalam menghadapi hambatan perdagangan dan akses pasar baru produk kelapa sawit.
Forum CPOPC merupakan organisasi internasional untuk komoditas kelapa sawit yang didirikan pada tahun 2015 oleh Indonesia dan Malaysia, dua negara penghasil kelapa sawit terbesar. Adapun salah satu tujuan CPOPC adalah mendukung pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan petani, serta memajukan ekonomi global melalui industri kelapa sawit.
Sekretariat CPOPC berkedudukan di Jakarta, di mana Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan focal point untuk CPOPC.
Saat ini, anggota CPOPC terdiri atas negara-negara penghasil kelapa sawit utama seperti Indonesia, Malaysia, Honduras dan Papua Nugini, yang masing-masing memiliki kontribusi besar terhadap produksi global.
Dengan bergabungnya Kongo, CPOPC tidak hanya memperluas jangkauan geografisnya, tetapi juga membuka peluang untuk pengembangan industri kelapa sawit yang lebih inklusif di kawasan Afrika, serta memperkuat posisi organisasi dalam memperjuangkan keberlanjutan dan kebijakan yang mendukung sektor ini di berbagai belahan dunia.