REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bulan suci Ramadhan memasuki pertengahan bulan. Tak sedikit orang yang mulai lengah dalam menjaga pola makan yang sehat. Hal ini dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan seperti kembung, masuk angin, dan ketidakseimbangan energi yang membuat puasa terasa lebih berat.
Dokter residen penyakit dalam di RS Dr Cipto Mangunkusumo, dr Adam Prabata, mengatakan keluhan masuk angin dan gangguan pencernaan biasanya meningkat selama bulan Ramadhan. Hal ini disebabkan karena saat berpuasa, ada perubahan dari waktu dan jumlah makanan yang biasa kita konsumsi.
“Menurut penelitian, angka masuk angin dan gangguan pencernaan bisa meningkat di bulan Ramadhan. Selama puasa tubuh lebih rentan sehingga perlu dijaga pola makannya,” kata dr Adam dalam keterangan tertulis, dikutip pada Kamis (13/3/2025).
Menurut dr Adam, sahur memiliki peran krusial dalam menjaga energi sepanjang hari. Namun, pada pertengahan Ramadhan tidak sedikit yang memilih melewatkan sahur dengan harapan mengandalkan makanan dari malam sebelumnya. Padahal, sahur yang baik mengurangi risiko gangguan kesehatan seperti masuk angin dan lemas akibat perut kosong terlalu lama.
Saat berbuka, memilih makanan yang tepat juga penting. Dokter Adam menganjurkan konsumsi kurma saat berbuka. “Kurma diperkaya kandungan gula alami yang cepat diserap tubuh, membantu mengembalikan energi dengan cepat,” kata dia.
Selain itu, menurut dr Adam, bisa juga menambahkan kurma ke dalam air jahe merah untuk manfaat lebih. Asupan herbal seperti jahe merah bisa membantu memperkuat kekebalan tubuh dan mengganti energi setelah berpuasa.
“Jahe merah bisa berperan sebagai anti peradangan, menghangatkan tubuh, serta bisa membantu pencernaan. Dari segi medis, kurma mengandung antioksidan seperti asam fenolat dan flavonoid yang membantu tubuh melawan radikal bebas dan mendukung sistem metabolisme,” ujar dr Adam.
View this post on Instagram