REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pendakwah yang dekat dengan kalangan milenial, Ustadz Hanan Attaki saat ini sedang mengampanyekan program Sedekah Sampah untuk menjaga lingkungan. Menurut dia, apa yang dikampanyekan ini juga sebagai bentuk kasih sayang terhadap semua makhluk Allah yang sebenarnya juga berdampak pada kehidupan manusia.
"Sekarang saya lagi campaign tentang masalah sampah. Kita kalau ada jadwal tausiyah atau tabligh akbar, misalnya itu ada satu program namanya sedekah sampah," ujar Ustadz Hanan saat dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Ketika ribuan jamaah datang ke acara pengajiannya, Ustadz Hanan selalu mengajak mereka untuk membawa sampahnya, khususnya sampah plastik.
"Ada 36 jenis sampah yang akan kita coba bikin programnya. Kita mulai yang paling sederhana dulu, plastik," ucap dia.
Setelah membawa sampah plastiknya, lalu mereka menimbang di pintu masjid yang sudah disiapkan. Hasilnya, kata dia, nanti akan disumbangkan kepada anak-anak yang membutuhkan.
"Hasil timbangnya itu akan dikonversi jadi rupiah, dan rupiahnya kita sumbang ke anak pemulung putus sekolah, yang butuh biaya, atau apa," kata Ustadz Hanan.
Dia mengatakan, sebenarnya gerakan ini sudah dijalankan sejak sebelum pandemi di daerah di Bintaro. Namun, karena pandemi, akhirnya Ustadz Hanan fokus menjalankan program ini di Bandung.
"Akhirnya saya fokus di Bandung aja, dan sekarang masih berjalan di Bandung. Jadi setiap ada tausiyah saya, ada program sedekah sampah," jelas Ustadz Hanan.
Dia menjelaskan, masalah sampah plastik ini penting menjadi perhatian bersama karena sangat mengganggu makhluk-makhluk Allah yang lain. .
"Dan makhluk itu berpengaruh pada kehidupan kita. Karena saya concernnya di marine biology misalnya, ternyata sampah itu sangat mengganggu kehidupan fitoplankton," ujar dia.
Ustadz Hanan menjelaskan, fitoplankton itu adalah mikroorganisme atau makhluk Allah yang sangat kecil yang ditugaskan untuk memproduksi oksigen.
"Seperti yang kita tahu bahwa oksigen di atmosfer kita itu kan lebih banyak di laut, lebih banyak berasal dari laut daripada dari hutan. 30-70 lah, atau 40-60 lebih banyak di lautnya," ujar dia.
Menurut dia, yang memproduksi oksigen tersebut adalah Fitoplankton yang berada di bawah permukaan air. Dan habitatnya fitoplankton ini, kata dia, akan langsung rusak ketika ada sampah, plastik, limbah, dan lain-lain.
"Kebayang gak manfaatnya fitoplankton yang terganggu gara-gara perilaku kita sendiri? Padahal fitoplankton itu fungsinya untuk kita," ucap dia.
Dia melanjutkan, Allah menciptakan fitoplankton tersebut untuk kemaslahatan manusia, yaitu memproduksi oksigen. Menurut dia, fitoplankton menyerap karbon dengan fotosintesis cahaya matahari.
"Dia pilah karbon itu menjadi dua, yang pertama jadi glukosa, dan itu jadi cemilannya fitoplankton, alga, dan seterusnya, yang satu lagi jadi O2 (Oksigen)," kata dia.
Lalu, tambah dia, Allah mengirim arus yang menciptakan turbulensi di permukaan air untuk membantu fitoplankton melepaskan oksigen ke atmosfer.
"Jadi semuanya bekerja secara ekologis, dan itu adalah bagian dari kalau dalam bahasa Surah Al-Rahman itu mizan, yaitu keseimbangan. Bahasa kita mungkin ekosistem, bahasa Alquran itu mizan, keseimbangan," ujar Ustadz Hanan.
"Nah, harusnya kita ditugaskan untuk menyayangi mereka, selain menjaga alam itu adalah sebuah ibadah dan bentuk keimanan kita kepada Allah, maka yang kedua adalah menjaga alam itu bagian dari kasih sayang," ucap dia