Selasa 25 Mar 2025 19:48 WIB

Seabad AA Navis, Sastrawan Besar yang Kritis dan Peduli

Salah satu karya AA Navis yang dikenal luas berjudul “Robohnya Surau Kami”.

Diskusi tentang pengaruh karya-karya AA Navis terhadap sastra Indonesia modern yang dimoderatori oleh sejarawan dan pakar Asia Tenggara dari Universitas Science Po, Paris, Romain Bertrand (kanan), sastrawan Indonesia Ayu Utami (tengah), dan sejarawan Hilmar Farid (kiri) di kantor pusat UNESCO, Paris, Prancis, pada Kamis (14/11/2024).
Foto: dok antara
Diskusi tentang pengaruh karya-karya AA Navis terhadap sastra Indonesia modern yang dimoderatori oleh sejarawan dan pakar Asia Tenggara dari Universitas Science Po, Paris, Romain Bertrand (kanan), sastrawan Indonesia Ayu Utami (tengah), dan sejarawan Hilmar Farid (kiri) di kantor pusat UNESCO, Paris, Prancis, pada Kamis (14/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah Seabad Pramoedya Ananta Toer, toko buku Natan bersama Program Magister Sastra UGM kali ini merayakan Seabad AA Navis. Pria kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat 1946 itu dikenal sebagai sastrawan besar dalam jagat sastra Tanah Air.

Lelaki bernama lengkap Ali Akbar Navis itu melegenda melalui karya-karya cerpennya, salah satu yang dikenal luas berjudul “Robohnya Surau Kami”. Di bulan Ramadhan ini, para pecinta buku telah berkumpul untuk membicarakan kiprah dan karya-karyanya.

Baca Juga

Acara yang berlangsung di Rumah Budaya Ndalem Natan, bangunan pusaka/cagar budaya di Kotagede, Yogyakarta, tersebut diisi oleh Dhianita Kusuma Pertiwi (penulis, kurator pameran AA Navis di Jakarta & UNESCO, Paris), Prof Dr Aprinus Salam (Pakar Sastra) dan Nasir Tamara PhD, serta penampilan cello dari Lintang Pramudia Swara. Acara juga mencakup peluncuran buku “Kesalahan dan Kejahatan dalam Berbahasa” karya Aprinus Salam.

Dalam keterangan tertulisnya, Nasir Tamara mengatakan, dalam Sumpah Pemuda tertulis: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa. Sayangnya, sumpah ketiga itu dinilai kurang diperhatikan. Hal tersebut dinilai berbeda dengan negara-negara Barat, terutama Prancis yang memiliki Académie Française yang mengawal nasional mereka.

Buku tersebut sangat penting untuk dibaca oleh para penulis dan kreator konten. Nasir Tamara juga meminta agar Kementerian Kebudayaan RI membuat program berupa pendampingan para penulis Indonesia yang mempunyai potensi untuk memenangkan Hadiah Nobel Kesusasteraan.

Aprinus Salam membandingkan sikap kritis AA Navis dengan Pramoedya Ananta Toer. AA Navis, kata dia, tidak pernah dipenjara, sedangkan Pram pernah dibuang ke Pulau Buru belasan tahun. Alasannya mungkin karena AA Navis mengkritik masyarakat, sedangkan Pram mengkritik pemerintah Orde Baru.

Dhianita memaparkan, proses risetnya dalam menyiapkan pameran 100 tahun AA Navis, berupaya untuk mengenalkan kembali sosoknya supaya semakin diketahui oleh anak muda. Dari proses riset itu, Dhianita menelusuri bagaimana semasa sekolah di INS Kayutanam, Navis mempelajari musik. Ia menguasai instrumen flute, dan pernah juga belajar membuat patung.

Keterampilan non akademis menjadi bagian penting yang dimiliki oleh kurikulum sekolahnya dan banyak membentuk pola pikirnya. Menyelenggarakan pameran menjadi tantangan tersendiri karena yang tersedia adalah arsip foto dan tulisan.

Dhianita dan tim berupaya mengemasnya agar tetap menarik anak muda, supaya kumpulan materinya tidak hanya menjadi arsip mati, namun dapat dinarasikan dengan baik dari segi historis, pemikiran, dan karya-karyanya.

Acara dilanjutkan dg diskusi terbuka bersama pembicara dan teman-teman pencinta buku. Penyair Afnan Malay membacakan sebuah karyanya yg terbaru berjudul ‘Babi’. Nasir Tamara sendiri membacakan Gurindam 12 karya klasik Raja Ali Haji yang penuh dengan pesan-pesan moral.

Dalam kegiatan tersebut dipamerkan juga 11 lukisan para penulis dan pemikir dari Minangkabau yang telah memberi sumbangan penting tentang Ke-Indonesian. Di antara mereka ada Bung Hatta, Sjahrir, H Agus Salim, dan Tan Malaka. Acara yang penuh keakraban diakhiri dengan buka bersama.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement