MAGENTA -- Anak petani dari Dusun Kemusuk, Godean, Yogyakarta ini ketagihan jadi presiden. Soeharto memulai kariernya sebagai presiden pada 1968 menggantikan presiden pertama Sukarno.
Soeharto diberi mandat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) sebagai Presiden Republik Indonesia pada 26 Maret 1968. Soeharto dipilih kembali oleh MPR pada 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Pada 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, menyusul terjadinya kerusuhan dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Anak pasangan dari Kertosudiro dan Sukirah ini lahir pada 8 Juni 1921.
Ayahnya adalah petugas desa pengatur air dan pengairan sawah. Sukirah merupakan istri kedua Kertosudiro.
BACA JUGA: On This Day: 29 Januari 1950 Jenderal Soedirman Wafat, Selalu Menjaga Wudhu saat Bergerilya
Orang tua Soeharto bercerai lima pekan setelah Soeharto lahir. Selanjutnya Soeharto kecil diasuh oleh kakeknya, Atmosudiro. Soeharto memiliki adik tiri bernama Probosutedjo.
Masa Sekolah Soeharto
Saat SD, Soeharto kerap menjadi korban perundungan dari kawan-kawannya. Soeharto diejek "Den Bagus tahi mabul! Den Bagus tahi mabul" dan "Harto sirah gede!"
Ejeken itu membuat Soeharto kecil dikenal sebagai siswa yang sangat pendiam dan tertutup, bahkan paling pendiam di antara kawan-kawan sekolahnya kala itu.
Setamat SMP pada 1938, Soeharto ingin melanjutkan ke sekolah lebih tinggi. Namun, ayah dan keluarganya yang lain tidak mampu membiayai karena kondisi ekonomi.
BACA JUGA: On This Day: 21 Januari 1985, Bom Meledak di Candi Borobudur Hancurkan 9 Stupa dan 2 Patung Budha
Kemudian Soeharto memutuskan mencari pekerjaan. Soeharto mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu klerek (pegawai) pada sebuah Bank Desa (Volks Bank).
Tiap hari Soeharto mengikuti sang klerek berkeliling kampung menggunakan sepeda dan pakaian Jawa lengkap, kain blangkon serta baju beskap. Sayang, kariernya sebagai pembantu klerek tidak bertahan lama.
Pada pertengahan 1940, Soeharto membaca pengumuman penerimaan bintara KNIL di Gombong, Jawa Tengah. Soeharto resmi menjadi tentara pada 1942.
Saat itu usianya masih 21 tahun. Soeharto hanya sempat bertugas tujuh hari dengan pangkat sersan karena Belanda menyerah kepada Jepang. Soeharto kemudian pulang ke Dusun Kemusuk dan menganggur lagi.
BACA JUGA: On This Day: 51 Tahun Malari, Peristiwa 15 Januari Pecah Gara-gara Protes Investasi Asing
Bosan menganggur, Soeharto mencoba mendaftar jadi Keibuho atau polisi Jepang pada November 1942. Soeharto mengaku sedikit takut jika identitasnya sebagai bekas tentara Belanda ketahuan. Tetapi akhirnya memberanikan diri mendaftar dan diterima.
Selanjutnya, seorang perwira Jepang menyarankan Soeharto masuk Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Setelah masa percobaannya selesai dan dianggap layak, Soehato mengikuti pendidikan militer lanjutan di Bogor, Jawa Barat. Ia diangkat menjadi komandan kompi. Bosan menganggur, Soeharto mencoba mendaftar jadi Keibuho atau polisi Jepang pada November 1942. Soeharto mengaku sedikit takut jika identitasnya sebagai bekas tentara Belanda ketahuan.
Soeharto kemudian secara resmi diangkat menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945 dengan pangkat letnan. Tak lama kemudian berkat reputasi dan pengalamannya di PETA ia ditunjuk sebagai komandan batalyon dengan pangkat mayor. Pada 1946, pangkatnya kembali naik menjadi komandan resimen yang berpangkat letnan kolonel.
Soeharto berhasil meraih bintang satu di pundaknya pada 1 Januari 1960. Banyak jenderal kala itu meragukan intelektualitas Soeharto yang terlalu cepat menjadi brigadir jenderal.
BACA JUGA: On This Day: 1 Februari 2003 Pesawat Ulang-Alik Columbia Meledak, 7 Astronaut Tewas
Karier Soeharto makin moncer, di usia 40 tahun Soeharto rangkap jabatan sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) dan Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD). Pada 1 Januari 1962, pangkat Soeharto dinaikkan menjadi mayor jenderal dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat.
Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal Abdul Haris Nasution. Pangkat terakhir Soeharto sebelum menjadi presiden adalah mayor jenderal.
Soeharto Menjadi Presiden
1. Soeharto menyampaikan pidato perdananya sebagai presiden kedua Republik Indonesia sehari setelah dilantik pada 27 Maret 1968. Dalam pidatonya Soeharto menyatakan dua tema pokok.
Pertama, mengisi kemerdekaan dengan meningkatkan kesejahteran rakyat. Kedua, menegakkan konstitusi termasuk mengembalikan demokrasi. Soeharto meminta tema tersebut tidak dipertentangkan namun diserasikan satu sama lain. Pada 10 Juni 1968 Susunan kabinet diumumkan.
Soeharto memberi nama Kabinet Pembangunan "Rencana Pembangunan Lima Tahun" I (Repelita I). Berselang lima hari kemudian Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden yang terdiri atas Prof Widjojo Nitisastro, Prof Ali Wardhana, Prof Moh Sadli, Prof Soemitro Djojohadikusumo, Prof Soebroto, Emil Salim, Frans Seda, dan Radius Prawiro.
2. Pada 23 Maret 1973, Soeharto dipilih kembali menjadi presiden oleh Sidang Umum MPR (Tap MPR No IX/MPR/1973) untuk jabatan yang kedua kali. Saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendampinginya sebagai wakil presiden. Sebelumnya, pada 3 Juli 1971, Soeharto mengangkat 100 anggota DPR dari Angkatan Bersenjata dan memberikan sembilan kursi wakil Provinsi Irian Barat untuk wakil dari Golkar.
3. Pada 22 Maret 1978, Soeharto yang sering dirujuk dengan sebutan populer "The Smiling General" itu dilantik kembali menjadi presiden untuk periode ketiga kalinya dan Adam Malik sebagai wakil presiden.
BACA JUGA: On This Day: 3 Februari 1969 Yasser Arafat Dilantik Sebagai Ketua PLO, All Out untuk Palestina
4. Sidang Umum MPR 1 Maret 1983 memilih kembali Soeharto sebagai presiden untuk periode keempat dan Umar Wirahadikusumah sebagai wakil. Melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia. Pada 16 Maret 1983, Presiden Soeharto mengumumkan susunan Kabinet Pembangunan IV yang terdiri atas 21 menteri, tiga menteri koordinator, delapan menteri muda, dan tiga pejabat setingkat menteri.
5. Pada 10 Maret 1988, Soeharto kembali terpilih sebagai presiden oleh MPR yang kelima kalinya. Posisi wakil presiden diserahkan kepada Sudharmono.
Mata dunia tertuju lagi kepada seorang Soeharto. Karena sukses dalam pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana, Soeharto mendapat piagam penghargaan perorangan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York pada 8 Juni 1989.
6. Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk yang keenam kalinya pada 10 Maret 1993. Try Sutrisno sebagai wakil presiden. Karena keenakan berkuasa selama 31 tahun dengan kekuatan Orde Baru, Soeharto tidak menolak saat pencalonannya kembali sebagai presiden pada 1998.
Padahal, saat itu usianya sudah 75 tahun dan tanpa didampingi istrinya Ibu Tien, yang telah meninggal pada 28 April 1996. Soeharto bukan saja bersedia dicalonkan kembali, tetapi menerima untuk diangkat kembali sebagai presiden untuk periode 1998–2003.
7. Di tengah krisis ekonomi yang parah dan adanya penolakan yang cukup tajam, pada 10 Maret 1998, MPR tetap mengesahkan Soeharto sebagai presiden untuk ketujuh kalinya. Prof Ing BJ Habibie ditunjuk sebagai wakil presiden.
Hanya berselang 70 hari setelah diangkat kembali menjadi presiden untuk periode yang ketujuh kalinya, Soeharto terpaksa mundur dari jabatannya sebagai presiden. Soeharto lengser pada 21 Mei 1998. Tepat pukul 09.00 WIB, Jenderal Besar Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai presiden.
Sumber: Dari berbagai sumber
Editor: Emhada Dahlan