Kamis 27 Mar 2025 19:11 WIB

Takwa Jadi Tujuan Puasa Ramadhan, Ini Ciri-ciri Mereka yang Meraihnya

Alquran menyebutkan sejumlah ciri-ciri orang yang bertakwa.

Orang bertakwa (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Orang bertakwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap perintah Allah SWT yang kita kerjakan selalu memiliki tujuan akhir, yaitu untuk membentuk insan-insan yang bertakwa. Maknanya, manusia yang siap taat untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Dengan ketakwaan itu, seseorang mendapatkan jaminan ampunan dan surga-Nya.

Di antaranya, perintah untuk menghambakan diri secara total kepada Allah SWT (QS al-Baqarah [2]: 21), memenuhi janji (QS al-Baqarah [2]: 63), penegakan hukum qishas (QS al-Baqarah [2]: 179), menjalankan ibadah puasa Ramadhan (QS al-Baqarah [2]: 183), istiqamah di jalan Islam (QS al-An’am [6]: 153), dan berpegang teguh kepada kebenaran (QS al-Araf [7]: 171).

Baca Juga

Ujung ayat-ayat tersebut berbunyi, "La’allakum tattaqun…" (agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa).

Dalam Alquran, telah disebutkan karakteristik yang selalu melekat dalam diri manusia yang bertakwa.

Pertama, dalam surah al-Baqarah [2] ayat 3-4. Yaitu, manusia yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan kepadanya, beriman kepada kitab suci Alquran dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, serta yang yakin akan adanya kehidupan akhirat.

Kedua, dalam surah al-Baqarah [2] ayat 177. Orang yang bertakwa adalah yang beriman kepada Allah, Hari Akhir, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan nabi-nabi-Nya. Kemudian, dia memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan, dan orang yang meminta-minta. Orang yang bertakwa juga memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Selain itu, orang yang bertakwa selalu menepati janjinya dan bersabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Ketiga, dalam surah Ali Imran [3] ayat 134-135. Yaitu, orang-orang yang menafkahkan hartanya di waktu lapang maupun sempit, menahan amarahnya, memaafkan kesalahan orang lain, dan apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri segera ingat kepada Allah, lalu memohon ampun kepada-Nya.

Dalam Alquran, juga telah disebutkan jaminan (balasan) yang dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang yang bertakwa (muttaqin).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement