Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Suasana Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025). Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe. sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000. Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe. Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama. Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekerja menyelesaikan pembuatan tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya RT/RW 12/03, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/4/2025).
Kawasan tersebut merupakan sentra industri produksi tempe rumahan yang dikenal sebagai Kampung Tempe.
Sebanyak 80 persen mata pencaharian warga disana sebagai produsen tempe. Dalam sehari, mereka mampu memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta dengan harga Rp4.000 hingga Rp5.000.
Namun, kebijakan tarif impor 32 persen dari Amerika Serikat serta menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berdampak pada sektor industri tempe.
Produsen tempe di kawasan tersebut mengeluhkan kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp950 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal yang dipicu oleh kebijakan tersebut namun harga jual tetap sama.
Akibatnya, jumlah pendapatan para produsen tempe mengalami penurunan hingga 25 persen.
sumber : Republika
Advertisement