REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jakarta Pramono Anung berencana mengubah nama atau rebranding Bank DKI. Perubahan itu akan dilakukan karena status Jakarta nantinya sudah tidak lagi menjadi ibu kota negara, sehingga nama DKI sudah tidak lagi relevan.
Pramono mengatakan, pemerintah pusat telah memutuskan bahwa ibu kota negara akan segera pindah dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta sudah semestinya tidak lagi menggunakan kata DKI (Daerah Khusus Ibu Kota).
"Dalam jangka menengah ini, akan segera kami putuskan rebranding Bank DKI, apakah menjadi Bank Jakarta. Apakah Bank Betawi, apakah menjadi Bank Global, sedang kami pikirkan, dan segera akan kami putuskan," kata dia di Balai Kota Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Menurut dia, saat ini merupakan momentum yang tepat untuk melakukan rebranding Bank DKI. Apalagi, Bank DKI belakang mengalami permasalahan yang mengakibatkan para nasabahnya tidak bisa melakukan transaksi dengan normal melalui aplikasi JakOne Mobile.
Untuk mencegah agar masalah itu tidak lagi terjadi, Pramono juga menegaskan agar manajemen Bank DKI harus bekerja lebuh baik lagi. Ia pun tidak ingin ada jajaran direksi Bank DKI yang bermasalah secara hukum.
"Saya mempelajari, dari waktu ke waktu, selalu ada dalam kepengurusan direksi yang ada di Bank DKI yang kemudian terkena permasalahan hukum. Berarti ini kan ada sesuatu yang terjadi," ujar dia.
Karena itu, Pramono mengaku sudah memerintahkan agar penentuan direksi Bank DKI ke depannya harus benar-benar dilakukan secara profesional. Ia tidak ingin lagi ada anggapan terdapat 'orang titipan' dalam jajaran direksi Bank DKI.
"Saya sudah memerintahkan, untuk kali ini penentuan direksi Bank DKI harus betul-betul profesional. Gak ada titipan sama sekali, dan memang orang-orang yang nampu untuk itu," kata dia.
Pramono menargetkan, Bank DKI dapat melakukan penawaran saham perdana kepada publik atau initial public offering (IPO) dalam satu tahun ke depan. Kerenanya, rebranding Bank DKI menjadi perlu untuk dilakukan.
"Karena saya memang menginginkan dalam satu tahun ke depan, mudah-mudahan ketika pasarnya baik, Bank DKI ini bisa melakukan IPO. Karena bagi saya, kalau bisa melakukan IPO, yang mengontrol adalah publik. Dengan rebranding itu, mudah-mudahan, kalau persiapan IPO-nya baik, maka Bank Jakarta ini, Bank DKI, akan menjadi bank yang mudah-mudahan akan lebih baik," ujar dia.