REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan pada Rabu (30/4/2024) menekankan bahwa mereka bukan pihak pertama yang meningkatkan ketegangan. Namun, memperingatkan bahwa negara itu akan merespons "dengan sangat keras" setiap tindakan eskalasi semacam itu oleh India.
Saat berbicara dalam konferensi pers di Islamabad, Menteri Luar Negeri Ishaq Dar mengatakan angkatan bersenjata Pakistan "dalam kondisi waspada" dan "waspada" terhadap perkembangan yang terjadi setelah serangan 22 April di wilayah Kashmir yang dikelola India, yang menewaskan 26 orang. "Para pemimpin dunia... telah meminta pihak-pihak terkait untuk menahan diri dalam beberapa hari terakhir. Saya telah menjelaskan dengan sangat jelas, atas nama pemerintah dan negara, bahwa Pakistan tidak akan menjadi pihak pertama yang melakukan tindakan eskalasi," kata Dar.
"Namun, jika terjadi tindakan eskalasi oleh India, kami akan menanggapinya dengan sangat tegas," tambah dia. Pakistan, katanya lebih lanjut, "tidak ada hubungannya" dengan serangan Pahalgam. "Titik."
"Pakistan tidak memiliki hubungan apa pun… dan juga bukan penerima manfaat potensial," tambahnya.
Seraya mengecam penangguhan sepihak perjanjian pembagian air yang disponsori Bank Dunia, Perjanjian Perairan Indus oleh New Delhi, Dar menegaskan kembali peringatan Islamabad bahwa tindakan apa pun untuk menghentikan atau mengalihkan pembagian air Pakistan akan diperlakukan sebagai "tindakan perang."
Dia menuduh New Delhi menggunakan serangan terbaru tersebut sebagai alasan untuk "menekan perjuangan kemerdekaan yang sah" di Jammu dan Kashmir, dan untuk melancarkan "sentimen Islamofobia yang terang-terangan" terhadap warga Kashmir. Serangan Pahalgam semakin memperburuk hubungan yang sudah tegang antara Pakistan dan India terkait wilayah Himalaya yang disengketakan.