Sabtu 03 May 2025 19:30 WIB

Khawatir Ancaman Rusia, Polandia Kembangkan Hulu Ledak Nuklir

Polandia dulu sekutu Uni Sovyet, dan bergabung dengan NATO pada 1999.

Rep: Erik PP/ Red: Partner
.
Foto: network /Erik PP
.

Perdana Menteri Polandia Donald Tusk bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron. Sumber: @PremierRP_en
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron. Sumber: @PremierRP_en

WARSAWA -- Pemerintah Polandia dilaporkan telah memulai upaya yang berani dan belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengembangkan hulu ledak nuklirnya sendiri. Hal itu menjadi sebuah langkah yang ditujukan untuk menghalangi agresi Rusia di tengah meningkatnya ketegangan regional dan ketidakpastian seputar jaminan keamanan tradisional NATO.

Perkembangan yang diutarakan oleh Perdana Menteri Polandia Donald Tusk itu, menandakan perubahan dramatis dalam strategi pertahanan Warsawa, yang memposisikan negara tersebut sebagai pemain baru yang potensial dalam lanskap nuklir global. Diumumkan dalam konteks pendalaman hubungan dengan Prancis, pernyataan Tusk menggarisbawahi tekad Polandia untuk mengamankan kedaulatannya dengan latar belakang perang Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina dan ancaman nuklirnya.

Sebagai anggota garis depan NATO, upaya Polandia untuk mendapatkan persenjataan nuklir independen menimbulkan pertanyaan mendalam tentang keamanan Eropa, dinamika aliansi, dan rezim nonproliferasi global. Pengumuman tersebut merupakan bagian dari diskusi yang lebih luas seputar pakta pertahanan dan ekonomi Prancis-Polandia, yang akan diformalkan oleh Tusk dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 9 Mei 2025. Hal itu bertepatan dengan peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II.

Menurut laporan Financial Times oleh Raphael Minder dan Leila Abboud, Tusk secara eksplisit menyatakan, Polandia sedang mengembangkan hulu ledak nuklirnya sendiri untuk menghalangi Rusia, sebuah klaim yang telah bergema di seluruh ibu kota internasional. "Tusk juga berbicara tentang Polandia yang mengembangkan hulu ledak nuklirnya sendiri untuk menghalangi Rusia," tulis mereka.

Bulgarian Military pada Sabtu (3/5/2025), melaporkan, pernyataan tersebut, meskipun tidak disertai dengan bukti terperinci tentang program operasional, mencerminkan respons Polandia terhadap meningkatnya ancaman dari Moskow. Apalagi, Polandia berbatasan dengan Rusia di timur laut dan Belarusia, yang merupakan sekutu Moskow di timur.


Langkah Polandia juga mengungkapkan kerentanan yang dirasakan dalam kerangka pertahanan kolektif NATO, terutama mengingat komitmen Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump yang goyah terhadap aliansi pertahanan tersebut. Aspirasi nuklir Polandia menandai perubahan tajam dari sikap historisnya.

Selama Perang Dingin, Polandia menjadi tempat persiapan senjata nuklir Uni Soviet, yang menampung rudal seperti R-11 Scud dan roket Luna, yang mampu membawa hulu ledak mulai dari 0,5 hingga 500 kiloton. Penempatan yang dikendalikan oleh Moskow, dibubarkan setelah runtuhnya Uni Soviet.

Bergabung dengan NATO pada 1999, Polandia menyelaraskan diri dengan payung nuklir aliansi tersebut, yang didukung oleh hulu ledak AS yang ditempatkan di Eropa Barat. Sebagai penanda tangan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir sejak 1969, Polandia telah mematuhi kewajibannya untuk menghentikan pengembangan senjata nuklir, dan sebaliknya mengandalkan pencegahan NATO.

Pernyataan Tusk bahwa Polandia sekarang sedang mengembangkan hulu ledak nuklirnya sendiri menantang kebijakan lama ini, yang didorong oleh penempatan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus dan Kaliningrad. Pun semakin terkikisnya kepercayaan mereka terhadap jaminan keamanan AS.

Mengembangkan hulu ledak nuklir merupakan tantangan berat, yang membutuhkan teknologi canggih, pendanaan besar, dan keahlian khusus. Polandia saat ini kekurangan infrastruktur yang diperlukan untuk program nuklir militer.


Negara itu tidak memiliki reaktor nuklir yang beroperasi, meskipun baru-baru ini menandatangani kontrak dengan perusahaan AS Westinghouse Electric dan Bechtel untuk merancang pembangkit listrik tenaga nuklir sipil pertamanya, yang diharapkan beroperasi pada pertengahan 2030-an. Fasilitas tersebut akan menggunakan reaktor air bertekanan yang berbahan bakar uranium dengan pengayaan rendah, yang tidak cocok untuk bahan kelas senjata tanpa kemampuan pemrosesan ulang yang canggih.

Membangun fasilitas pengayaan atau produksi plutonium akan membutuhkan pengembangan selama bertahun-tahun dan miliaran dolar, sumber daya yang membebani kapasitas ekonomi Polandia meskipun pertumbuhannya kuat. Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk pengembangan senjata nuklir sama-sama menakutkan.

Mendesain hulu ledak memerlukan keahlian dalam fisika nuklir, ilmu material, dan teknik, bidang-bidang di mana Polandia memiliki basis akademis yang kuat, tetapi pengalaman terbatas dalam aplikasi senjata.

sumber : https://seputarmiliter.id/posts/523328/khawatir-ancaman-rusia-polandia-kembangkan-hulu-ledak-nuklir
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement