REPUBLIKA.CO.ID, Jamaah haji khususnya dari Indonesia yang berangkat dalam gelombang pertama tidak lama lagi akan didorong dari Madinah Al Munawaroh untuk pergi ke Makkah Al Mukarromah. Sebelum beranjak ke Makkah, jamaah akan melakukan miqat di Bir Ali, salah satu tempat kaum Muslimin yang hendak menunaikan ibadah haji atau umrah untuk memulai ihram.
Dijadikannya Bir Ali sebagai miqat tak lepas dari haji pertama yang dilakukan Rasulullah SAW pada 25 Dzulqaidah tahun ke-10 Hijriah. Muhammad Husain Haekal dalam Hayat Muhammad menuturkan, Rasulullah membawa serta semua istrinya, masing-masing dalam haudahnya.
Banyak umat Islam yang mengikuti Rasulullah untuk berhaji. Sebagian penulis sejarah menyebutkan, jumlahnya tak kurang dari 90 ribu orang. Ada pula yang mengatakan, jumlahnya bahkan mencapai 114 ribu orang.
Sebelumnya, mereka telah datang dari berbagai penjuru Jazirah Arab ke Madinah sejak mengetahui benar Nabi SAW telah menetapkan akan pergi haji pada bulan itu. Mereka datang sebagai saudara seiman. Satu sama lain terpautkan rasa kasih sayang dan keikhlasan hati.
Rombongan besar jamaah haji itu pun melakukan miqat di Zul-Hulaifah (Bir Ali). Di sana, mereka tinggal selama satu malam. Keesokan harinya, Nabi SAW mengenakan pakaian ihram. Orang-orang pun mengikutinya. Selanjutnya, beliau mengucapkan talbiah, diikuti umat di belakangnya. Begitu banyak manusia menyusuri jalanan antara Madinah dan Masjid al-Haram itu. Wajah mereka memancarkan cahaya iman dan kebahagiaan.
Pada hari keempat bulan Dzulhijjah, mereka tiba di Makkah. Nabi SAW segera menuju Ka’bah, diiringi Muslimin seluruhnya. Rasulullah kemudian mengusap Hajar al-Aswad, lalu menciumnya. Usai itu, beliau bertawaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran. Pada putaran yang pertama, Rasulullah SAW berlari-lari kecil, dan setelah itu berjalan biasa.