REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Israel dengan terang-terangan terus melakukan genosida di Gaza, Palestina. Serangan udara Israel terus menyasar dan menghancurkan tempat warga sipil di Gaza, yang didalamnya terdapat anak-anak, wanita, dan jurnalis.
Di antara mereka yang wafat oleh serangan udara Israel adalah wartawan Palestina Yahya Subaih. Beberapa jam sebelumnya, Subaih mengunggah foto dirinya sedang menggendong putrinya yang baru lahir.
“Seorang putri kecil telah mencerahkan dunia kita. Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kami dengan kedatangan putri kami yang berharga. Semoga Allah menjadikannya keturunan yang saleh dan memberikan kami kegembiraan di dalam dirinya,” demikian tulisan yang diunggah jurnalis Palestina itu, dikutip dari Palestine Chronicle, Kamis (8/5/2025).
Subaih dibunuh Israel dengan serangan udara yang menghantam daerah padat penduduk di Kota Gaza, Palestina. Serangan udara Israel itu merupakan pembantaian kejam yang merenggut nyawa lebih dari sepuluh orang dan melukai puluhan lainnya.
Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan tubuh Subaih terbaring dengan pakaian yang sama dengan yang ia kenakan dalam foto bersama putrinya yang baru lahir.
Penargetan jurnalis telah menjadi ciri khas perang Israel di Gaza. Dengan terbunuhnya Subaih, jumlah wartawan yang dibunuh Israel sejak dimulainya serangan telah mencapai 214 orang, menurut angka resmi.
Sedikitnya 100 warga Palestina dibunuh Israel dalam 24 jam terakhir dalam serangkaian serangan udara Israel di Jalur Gaza, Palestina. Hal tersebut disampaikan Kantor Media Pemerintah di Gaza.
Serangan Israel menargetkan daerah-daerah sipil yang padat penduduk, termasuk sebuah pasar yang populer, sebuah restoran, sebuah sekolah yang menampung para pengungsi, dan rumah-rumah penduduk Palestina.
Al-Jazeera melaporkan bahwa 23 orang wafat ketika pesawat tempur Israel menghantam sebuah restoran dan pasar di dekatnya di lingkungan Al-Rimal, Kota Gaza barat. Restoran yang sering dikunjungi oleh para aktivis karena akses internetnya itu terletak di daerah yang padat penduduk.
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, mengonfirmasi bahwa lokasi tersebut padat penduduk, yang berkontribusi pada tingginya jumlah korban.
Dalam insiden terpisah, serangan Israel menargetkan Sekolah Al-Karama di lingkungan Al-Tuffah, yang berfungsi sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi Palestina. Sebanyak 19 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, wafat dalam serangan tersebut, yang menghancurkan sekolah tersebut. Ini merupakan ketiga kalinya sekolah tersebut dibom sejak awal perang.
Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan bahwa lebih dari 92 warga Palestina tewas sejak fajar pada hari Rabu, dan jumlah korban tewas terus bertambah karena tim penyelamat terus menemukan mayat-mayat dari reruntuhan bangunan yang hancur dan pusat-pusat pengungsian.
Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan bahwa lebih dari 92 warga Palestina wafat sejak fajar pada hari Rabu (8/5/2025) saja, dengan jumlah korban wafat terus bertambah karena tim penyelamat terus menemukan mayat-mayat dari reruntuhan bangunan yang hancur dan pusat-pusat pengungsian.