Senin 12 May 2025 11:59 WIB

Berangkat Haji Bareng tapi Pisah Hotel di Makkah? Ini Penjelasan Kemenag

Penginapan dan pelayanan jamaah haji di Makkah dilakukan berbasis syarikah.

Jamaah haji Indonesia kloter JKG 01 dari Madinah tiba di Makkah pada Sabtu (15/5/2025) pukul 14.00 waktu Arab Saudi. Dalam musim haji 2025 ini, pelayanan haji Indonesia dilayani oleh delapan syarikah.
Foto: Republika/Teguh Firmansyah
Jamaah haji Indonesia kloter JKG 01 dari Madinah tiba di Makkah pada Sabtu (15/5/2025) pukul 14.00 waktu Arab Saudi. Dalam musim haji 2025 ini, pelayanan haji Indonesia dilayani oleh delapan syarikah.

Laporan Jurnalis Republika Teguh Firmansyah dari Makkah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Berbeda dengan 2024, dalam musim haji 2025 ini, pelayanan haji Indonesia dilayani oleh delapan syarikah. Kehadiran delapan syarikah itu bertujuan memaksimalkan pelayanan haji sehingga jamaah bisa mendapatkan pelayanan secara maksimal saat di Tanah Suci.

Baca Juga

Hanya saja, kehadiran delapan syarikah ini memicu polemik terkait dengan koordinasi dan komunikasi yang belum lancar. Di antara persoalan itu di antaranya seperti pembagian penginapan berdasarkan syarikah. Artinya, mereka yang berada di satu kloter ketika tiba di Madinah, maka bisa berbeda penginapan saat berada di Makkah.

"Idealnya memang satu kloter itu ditangani oleh satu syarikah penyedia layanan," ujar Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muchlis Hanafi, saat memberikan keterangan pers di Makkah, Senin (12/5/2025).

Hanya saja, kata ia, karena ada sejumlah dinamika teknis menjelang keberangkatan seperti keterlambatan visa, perubahan manifest keberangkatan, serta sinkronisasi data penerbangan, maka ada beberapa kloter dengan jamaah yang berasal lebih dari satu syarikah.

"Ini tidak bisa dihindari," ujarnya.

Menurut Muchlis, saat jamaah gelombang pertama tiba di Madinah sejak 2 Mei, penempatan hotel dilakukan berdasarkan susunan kloter yang berisi campuran jamaah dari beberapa syarikah. "Jadi sesuai dengan kedatangan mereka dari Indonesia, itu di Madinah. Jadi pendekatannya kalau di Madinah itu bukan pengelompokan berdasarkan syarikah," ujarnya.

Ini dilakukan untuk menjaga kenyamanan jamaah. Meskipun, ia mengakui ini menjadi tantangan tersendiri buat syarikah dalam memberikan layanan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement