Jumat 16 May 2025 09:18 WIB

Bentrokan India-Pakistan, Jet Tempur China Gemilang Jatuhkan Prancis

Klaim Pakistan jet tempur J-10 telah menjatuhkan Rafale buatan Prancis milik India memicu kegembiraan di platform media sosial China, Weibo.

Rep: Eagle/ Red: Partner
.
Foto: network /Eagle
.

Jet tempur Chengdu J-10 Vigorous Dragon. Sumber: Air Power
Jet tempur Chengdu J-10 Vigorous Dragon. Sumber: Air Power

ISLAMABAD -- Militer Pakistan baru-baru ini bentrok di Kashmir, dengan musuh bebuyutannya di Asia Selatan, yang membuat India mengerahkan senjata-senjata produksi Prancis dan AS. Berbagai senjata itu digunakan India untuk melawan berbagai senjata canggih China milik Pakistan. Dalam uji coba medan perang pertamanya terhadap senjata-senjata Barat, senjata-senjata China sebagian besar tepat sasaran, yang memicu minat di beberapa kalangan militer dan kekhawatiran di beberapa ibu kota.

Pada Rabu (7/5/2025) pukul 04.00 waktu setempat, delegasi pejabat kKedutaan China, yang terbangun dari tidur mereka, tiba di Markas Besar Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Pakistan di Islamabad untuk mendapatkan informasi terkini tentang militer, menurut diplomat tinggi Pakistan.

Itu hanya beberapa jam setelah India meluncurkan Operasi Sindoor dengan serangan pembuka terhadap Pakistan sebagai tanggapan atas serangan teror mematikan pada 22 April di Pahalgam, Kashmir, wilayah yang dikelola India. Sebanyak 26 orang dilaporkan tewas dalam serangan yang menurut pemerintah India dilakukan kelompok teroris.

India menyalahkan Pakistan atas serangan itu. Di sisi lain, Islamabad membantah tuduhan itu, tetapi tetap siap menghadapi serangan balasan militer India. Ketika delegasi China, yang dipimpin oleh Duta Besar di Islamabad tiba di Kemenlu Pakistan, mereka segera diberi kabar baik Menteri Luar Negeri (Menlu) Pakistan Ishaq Dar mengatakan kepada parlemen pada hari itu juga.

"Jet tempur kamu, menembak jatuh tiga Rafale India, tiga Rafale milik Prancis," kata Dar kepada Majelis Nasional. "Jet tempur kami adalah J-10C," katanya, mengacu pada Chengdu J-10 Vigorous Dragon, jet tempur multiguna China yang belum teruji di zona pertempuran aktif hingga bentrokan bersenjata India-Pakistan terakhir.


Delegasi China sangat senang dengan kinerja jet tempur J-10 di medan perang, lanjut Dar. "Sebagai negara sahabat, mereka mengungkapkan kebahagiaan yang luar biasa," katanya.

Pejabat India menolak berkomentar tentang hilangnya pesawat tempur dalam konflik empat hari itu. Sementara, otoritas China bungkam tentang pengungkapan Dar tentang kunjungan pengarahan dini hari oleh diplomat utamanya di Islamabad ke Kemenlu Pakistan.

Ketika ditanya, Juru Bicara Kemenlu China mengatakan kepada wartawan Bloomberg bahwa ia "tidak mengetahui masalah yang Anda sebutkan". Transparansi tentang masalah keamanan bukanlah norma di kawasan yang telah menyaksikan tiga tetangga bersenjata nuklir terlibat dalam bentrokan dan pertempuran yang sering terjadi selama tujuh dekade terakhir.

Para pakar regional dan analis militer malah mengandalkan campuran sumber intelijen tingkat tinggi dan penyelidikan satelit untuk mengumpulkan pelajaran dari bentrokan tersebut. Setelah gencatan senjata pada Sabtu, perhatian telah difokuskan pada berbagai senjata dan sistem pertahanan China baru milik Islamabad, yang akhirnya terlibat dalam pertempuran selama bentrokan bersenjata India-Pakistan pada 7-10 Mei 2025.

Hal itu terjadi ketika persenjataan baru yang sebagian besar berasal dari Barat milik India berhadapan dengan perangkat keras militer China yang semakin canggih.


'Kemenangan besar bagi China dalam hal persepsi'

Peluangnya berpihak pada New Delhi sebelum melakukan pembalasan atas serangan teror pada 22 April 2025. Dengan serangan pertamanya, India mengisyaratkan perubahan dari doktrin tradisionalnya tentang pengekangan strategis, dengan menyerang target tidak hanya di Kashmir yang dikelola Pakistan dan wilayah perbatasan terpencil, tetapi juga di provinsi Punjab yang menjadi pusat politik negara itu.

Eskalasi India memicu peringatan internasional pada hari kedua bentrokan, ketika serangan itu menghantam Pangkalan Udara Nur Khan di Rawalpindi, kota garnisun dekat Islamabad. Terletak tidak jauh dari markas besar Divisi Rencana Strategis Pakistan, yang mengawasi dan melindungi persenjataan nuklir negara itu, Pangkalan Nur Khan merupakan pusat utama bagi militer negara itu.

Kejutan lainnya adalah respons Pakistan yang kuat terhadap eskalasi India. Klaim Pakistan bahwa jet tempur J-10-nya telah menjatuhkan Rafale buatan Prancis milik India memicu kegembiraan di platform media sosial China, Weibo, dengan banyak pengguna berspekulasi, pembeli kemungkinan akan segera berbondong-bondong ke produsen senjata China.

Keputusan India untuk tidak mengonfirmasi atau menyangkal hilangnya jet tempur kelas atasnya telah menambah kredibilitas klaim penenggelaman tersebut. Sementara produsen Rafale, Dassault Aviation, tidak menanggapi permintaan komentar dari France 24. Sedangkan Reuters melaporkan bahwa setidaknya satu dari jet tempur India yang jatuh adalah Rafale.

Analisis Washington Post yang dilakukan oleh tiga ahli persenjataan menyimpulkan, gambar terverifikasi dari lokasi penenggelaman menunjukkan puing-puing itu "konsisten dengan setidaknya dua jet tempur buatan Prancis yang diterbangkan oleh angkatan udara India-Rafale dan Mirage 2000".


Pelajaran yang dapat dipetik dari keterlibatan militer pada 7-10 Mei 2025, bagi Yun Sun, direktur Program China di Stimson Center yang berpusat di Washington DC, ada dua. "Yang pertama adalah bahwa sistem persenjataan India tidak seefektif yang diperkirakan banyak orang," katanya. "Kesimpulan kedua adalah bahwa maksud strategis India bisa jadi lebih ambisius daripada yang diperkirakan banyak orang."

Sambil memperingatkan, masih terlalu dini untuk "mengambil kesimpulan", Carlotta Rinaudo, seorang pakar China di Tim Internasional untuk Studi Keamanan Verona, mencatat, persepsi adalah kunci dalam penilaian awal. "Dan ini adalah kemenangan besar bagi China dalam hal persepsi," katanya, mengacu pada kinerja jet tempur J-10.

"Bagi sebuah negara yang secara teori tidak pernah terlibat dalam perang apa pun sejak perang dengan Vietnam pada 1979, bagi sebuah negara yang tidak benar-benar terlibat dalam perang dan persenjataannya sendiri tidak memiliki pengakuan global seperti, katakanlah, senjata Prancis atau senjata Amerika, ini adalah sebuah kemenangan yang sangat, sangat besar dalam hal persepsi," tambahnya.

Tidak hanya murah, tetapi juga bagus

Citra India di panggung geopolitik global telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan munculnya negara tersebut sebagai penyeimbang China di kawasan Indo-Pasifik. Akuisisi persenjataannya baru-baru ini, menjadi berita utama ketika Perdana Menteri Narendra Modi, dalam upaya untuk meningkatkan persenjataan negara yang sebagian besar dipasok Rusia, menandatangani kesepakatan persenjataan senilai miliaran dolar dengan Prancis dan AS.


Selama periode 2017-2021, India merupakan importir senjata terbesar di dunia, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), turun ke posisi kedua setelah Ukraina menyusul invasi besar-besaran Rusia. Sementara itu, Pakistan mulai menjauh dari ketergantungan Perang Dingin pada senjata AS karena Washington mengakhiri perang proksi melawan Uni Soviet di negara tetangga Afghanistan tersebut.

AS juga telah akhirnya menarik diri dari negara yang dilanda perang itu pada 2021, setelah bertahun-tahun AS frustrasi atas komitmen militer Pakistan terhadap perang melawan teror. Di tengah meningkatnya sentimen anti-AS, Islamabad beralih ke sekutu regional lamanya, China, yang juga memiliki sengketa wilayah dengan India, untuk pengadaan persenjataannya.

Beijing telah lama mendukung Islamabad dengan kerja samanya dalam keahlian nuklir. Sementara pasokan persenjataannya terbatas pada tank, artileri, dan senjata ringan.

Di bawah Presiden Xi Jinping, China mulai meningkatkan kemampuan produksi persenjataannya, meningkatkan ekspor persenjataannya, terutama ke negara-negara di belahan bumi selatan, seperti Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Selama periode ini, ekspor persenjataan China, terutama dipuji karena keunggulan harganya, bukan keunggulan teknologinya.

"Kami selalu memiliki kesan bahwa persenjataan China sama saja dengan barang-barang China. Kami berasumsi bahwa persenjataan China lebih rendah mutunya. Sekarang tidak demikian lagi," kata Rinaudo.

"Kami melihat China awalnya hanya menjual tank dan persenjataan yang lebih kecil, terutama ke Pakistan. Sekarang kami melihat persenjataan yang sangat modern dan canggih yang dijual dan sebenarnya sangat efektif. Jadi, pelajaran yang harus kita semua ambil dari kejadian ini adalah bahwa mungkin persenjataan China tidak lebih rendah mutunya daripada persenjataan Barat. Kita harus mengubah paradigma yang telah lama kita pegang."

sumber : https://seputarmiliter.id/posts/525458/bentrokan-india-pakistan-jet-tempur-china-gemilang-jatuhkan-prancis
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Yuk Ngaji Hari Ini
وَقَالَ الَّذِى اشْتَرٰىهُ مِنْ مِّصْرَ لِامْرَاَتِهٖٓ اَكْرِمِيْ مَثْوٰىهُ عَسٰىٓ اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا ۗوَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِۖ وَلِنُعَلِّمَهٗ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۗ وَاللّٰهُ غَالِبٌ عَلٰٓى اَمْرِهٖ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya,” Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.

(QS. Yusuf ayat 21)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement