REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM), Yuliot Tanjung, menyampaikan bahwa CATL, produsen baterai terbesar di dunia asal China, ditargetkan mulai memproduksi baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia paling lambat pada Maret 2026.
“Mereka (CATL) mengharapkan itu paling lambat Maret 2026 sudah berproduksi di Indonesia,” kata Yuliot ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/5/2025).
Pernyataan tersebut terkait pertemuan antara Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang membahas tindak lanjut rencana investasi ekosistem terintegrasi baterai kendaraan listrik. Proyek ini merupakan kerja sama antara Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) dan Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pembangunan pabrik sel baterai di Indonesia.
Yuliot menjelaskan bahwa investasi CATL tetap berjalan, dengan total kapasitas produksi sebesar 15 gigawatt hour (GWh). Produksi perdana pada 2026 ditargetkan mencapai 7,5 GWh atau separuh dari kapasitas penuh.
“Ini tahap pertama sudah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah China sebesar 7,5 GWh,” ujar Yuliot.
Untuk tahap selanjutnya, pendanaan akan diperoleh melalui skema initial public offering (IPO), sehingga kapasitas produksi sebesar 15 GWh dapat terealisasi sepenuhnya.
Yuliot juga mengungkapkan bahwa CATL telah memiliki offtaker atau calon pembeli hasil produksi baterai yang berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Namun, identitas vendor yang akan menyerap produksi tersebut masih belum bisa diumumkan.
Dengan demikian, Yuliot menegaskan bahwa proyek produksi baterai EV CATL tetap berjalan sesuai rencana awal, yakni kapasitas produksi total sebesar 15 GWh.