Sabtu 17 May 2025 07:49 WIB

FAO dan KKP Kenalkan Sistem Digital Cegah Penyakit Ikan

Sistem ini telah dikembangkan sejak 2023.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Pembudidaya menjaring ikan saat acara panen raya ikan nila di Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (3/10/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Pembudidaya menjaring ikan saat acara panen raya ikan nila di Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (3/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyosialisasikan aplikasi pelaporan penyakit ikan berbasis Android bernama SICEKATAN kepada para pembudidaya dan penyuluh perikanan di Kabupaten Batang Hari, Jambi. SICEKATAN dikembangkan melalui program kerja sama teknis Technical Cooperation Programme (TCP) antara KKP dan FAO sejak 2023.

Aplikasi ini dirancang untuk mempermudah pelaporan gejala penyakit ikan sekaligus mempercepat penanganan penyakit, terutama pada komoditas patin dan nila.

Baca Juga

Lewat aplikasi tersebut, pembudidaya dapat mendokumentasikan gejala penyakit yang ditemukan di kolam budi daya mereka dan menerima saran penanganan langsung dari gugus tugas tanggap darurat. Aplikasi ini sudah tersedia di Play Store sejak April 2025.

“Pengendalian penyakit ikan yang efisien lewat aplikasi ini diharapkan dapat meminimalisasi kerugian ekonomi serta meningkatkan produksi budidaya ikan di Jambi,” kata Wakil Gubernur Jambi Abdullah Sani dalam siaran pers FAO, Jumat (16/5).

Sebelum sosialisasi ini, pelatihan penggunaan aplikasi telah diberikan kepada perwakilan pembudidaya, penyuluh, dan anggota gugus tugas provinsi. Sosialisasi lanjutan dilakukan dengan melibatkan kelompok pembudidaya Harapan Maju di Desa Teluk Ketapang, penyuluh perikanan, dan petugas Pos Pelayanan Kesehatan Ikan Terpadu (Posikandu), disertai simulasi penggunaan aplikasi dan diskusi kasus penyakit ikan.

Jambi, yang dialiri Sungai Batang Hari, memiliki potensi besar dalam budi daya ikan air tawar. Pada 2023, produksi ikan patin di provinsi ini mencapai 20.000 ton menurut data KKP. Namun, ancaman wabah penyakit tetap menjadi tantangan dalam pengembangannya.

“Penanganan penyakit ikan yang cepat dan tepat bisa menekan kehilangan produksi dan menjamin kelangsungan usaha kami sebagai pembudidaya kecil,” ujar Ketua Kelompok Harapan Maju, Ernawati.

Selain digitalisasi sistem pelaporan, proyek TCP ini juga meliputi pelatihan mengenai resistensi antimikroba (AMR), tanggap darurat, dan perencanaan kontinjensi. Petugas Posikandu turut dibekali kemampuan investigasi wabah serta pemantauan dan pelaporan penyakit.

“Pelaporan dan pemetaan penyakit yang lebih cepat serta terintegrasi memungkinkan pemerintah merespons sesuai kebutuhan lapangan,” kata Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement