Senin 19 May 2025 08:17 WIB

Dukung Kesejahteraan Ojol, tapi Oraski tak Ikut Turun ke Jalan 20 Mei 2025

Garda Indonesia kerah 500 ribu driver ojol mematikan aplikasi dan demo besar-besaran.

Rep: Erik PP/Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pengemudi ojek online (ojol) menggelar aksi demo menuntut peningkatan kesejahteraan di depan Gedung Kemenaker RI, Jakarta Selatan, Senin (17/2/2025).
Foto: Republika/Prayogi
Pengemudi ojek online (ojol) menggelar aksi demo menuntut peningkatan kesejahteraan di depan Gedung Kemenaker RI, Jakarta Selatan, Senin (17/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Angkutan Sewa Khusus Indonesia (Oraski) menyatakan, tidak akan ikut serta dalam aksi turun ke jalan pada Selasa (20/5/2025). Langkah itu diambil mewakili utaan mitra pengemudi ojek online (ojol) lainnya yang memilih untuk tetap on-bid demi menghidupi keluarga.

Mereka memilih tidak mengikuti mobilisasi bermotif politik yang tidak mencerminkan aspirasi asli pengemudi. Ketua Umum Oraski, Fahmi Maharaja mengakui, kesejahteraan pengemudi harus diperjuangkan, namun melalui pendekatan yang konstruktif dan rasional.

Baca Juga

Dia tidak ingin memilih cara politik atau tekanan jalanan yang bisa mengganggu stabilitas ekosistem transportasi online yang selama ini sudah terbentuk. Dia menegaskan, pada prinsipnya Oraski mendukung setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan driver online, namun tidak menyetujui usulan DPR terkait pembatasan potongan aplikasi maksimal 10 persen.

"Usulan tersebut bisa menjadi preseden buruk bagi keberlangsungan transportasi online. Ekosistem ini selama ini terbukti mampu bertahan tanpa subsidi pemerintah, bahkan di tengah tantangan ekonomi global. Jangan sampai niat baik berubah jadi blunder yang membahayakan semuanya," ujar Fahmi di Jakarta, Senin (19/5/2025).

Menurut Fahmi, Oraski menyerahkan urusan potongan aplikasi adalah ranah bisnis-ke-bisnis (B2B) antara aplikator dan mitranya. Pemerintah sebagai regulator, sambung dia, seharusnya tidak masuk terlalu jauh ke dalam urusan tersebut.

"Kalau mau meningkatkan kesejahteraan driver, solusinya bukan dengan membatasi potongan aplikasi, tapi lewat insentif pajak, subsidi kendaraan, dan edukasi berkelanjutan. Itu yang benar-benar bisa dirasakan langsung oleh driver," ujar Fahmi.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement