REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sebanyak 1.500 mitra pengemudi dan pengojek daring dari berbagai aplikasi akan menggelar demonstrasi di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah (Jateng) di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Selasa (20/5/2025). Mereka bakal menyuarakan tuntutan serupa seperti ribuan pengojek daring yang diagendakan berunjuk rasa di Jakarta esok hari.
Koordinator Driver Online Bergerak (DOV), Diki Arman, mengungkapkan, aksi demonstrasi di depan Kantor Gubernur Jateng pada Selasa besok tidak hanya diikuti para mitra pengojek dan pengemudi daring di Semarang. "Sekitar 1.500-an dan ada dari luar kota juga, dari Slawi, Tegal, Cepu, Kudus, Demak. Tapi dari Solo dan Purwokerto sepertinya ada acara sendiri di daerahnya," ucapnya ketika dihubungi Republika, Senin (19/5/2025).
Dia mengatakan, para peserta aksi merupakan mitra pengojek dan pengemudi dari berbagai aplikasi, seperti Gojek, Grab, Maxim, dan Shopee. Diki menyebut, dalam unjuk rasa besok, dia dan teman-temannya akan menyuarakan tuntutan yang sama dengan massa aksi di Jakarta.
Tuntutan tersebut antara lain perihal potongan aplikasi menjadi 10 persen, penghapusan skema prioritas yang diskriminatif seperti GrabBike Hemat; skema slot, aceng (goceng) di Gojek; skema hub di ShopeeFood; dan skema prioritas di Maxim, Lalamove, InDrive, Deliveree, Borzo dan lainnya, serta pengesahan payung hukum untuk melindungi mitra pengemudi atau pengojek daring.
Diki, yang telah menjadi mitra pengojek aplikasi Gojek sejak 2017 menilai, pengaturan tarif saat ini masih merugikan atau belum berpihak pada kesejahteraan para sejawatnya. "Misalnya 'Mitra Jarak Dekat', saya hanya dibayar lima ribu. Kalau double order, tambahannya paling dua ribu. Padahal penumpangnya bayar ke aplikator penuh, tapi dikasihkan ke driver cuma dua ribu. Itu kan enggak manusiawi, terlalu memperbudak," ucapnya.
Diki mengatakan, pada aksi besok, dia dan rekan-rekannya tidak akan melakukan sweeping terhadap mitra pengemudi atau pengojek yang memutuskan tetap beroperasi. "Kita tidak bisa memaksa karena beda orang kan beda pikiran. Kan ada individu (pengemudi/pengojek) yang enggak ikut komunitas, biasanya tetap bekerja," ucapnya.
Kendati demikian, dia tetap mengimbau mitra pengemudi atau pengojek tidak melintas di titik massa menggelar unjuk rasa. Hal itu guna menghindari aksi atau tindakan-tindakan tak terduga dari peserta aksi.
Diki berharap, perwakilan dari pengemudi dan pengojek yang berunjuk rasa besok dapat diterima oleh pejabat Pemprov Jateng terkait. "Kepenginnya besok aplikator juga dipanggil dan datang semua. Tapi biasanya memang aplikator enggak datang. Kalau tidak ada perwakilan dari aplikator ya percuma sebenarnya," ucapnya.