REPUBLIKA.CO.ID, "Mutiara air tawar itu ukurannya lebih kecil, bentuknya lebih seragam. Kalau mutiara air laut, butirnya lebih besar. Bisa lebih bulat," terang Surkani, seorang pedagang perhiasan mutiara di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sukarni lalu menjelaskan lagi alasan harga mutiara air laut beda dengan air tawar. Yang belakangan tentu lebih murah.
Di Lombok, menemukan pedagang aksesoris dan perhiasan mutiara sangat mudah. Di pasar sekalipun mereka ada dengan harga yang sangat ramah kocek. Beda tentunya dengan pedagang mutiara yang punya showroom sendiri yang menjajakan perhiasannya mulai dari harga jutaan rupiah satunya.
Berdagang perhiasan mutiara sudah dilakukan Sukarni sejak lama. "Yang lebih dulu jualan itu suami, dulu modal awalnya 100 Euro tahun 92 diberikan oleh turis Eropa ke suami saya," kata Sukarni, saat ditemui Republika, di Festival Si Tepat di Taman Budaya Provinsi NTB, Jumat (18/5/2025).
Baru di tahun 2012 Sukarni memutuskan membantu suaminya berdagang perhiasan mutiara. Bisnisnya namun baru berkembang setelah ia menjadi nasabah ultra mikro BTPN Syariah lima tahun lalu. Ketika itu ia pertama kali mendapatkan bantuan modal senilai Rp 3 juta.
"Sampai sekarang saya sudah dapat pembiayaan yang Rp 10 juta," katanya.
Sukarni menjadi nasabah BTPN Syariah berkat ajakan temannya. Ia merasa prosesnya tidak sulit. Modal tambahan itu digunakan Sukarni untuk membeli mutiara air laut. "Saya jadi punya modal untuk beli mutiara air laut, karena harganya lebih mahal," ujar dia.
Untuk satu jenis perhiasan yang sama, gelang misalnya, harga jual mutiara air laut dan tawar jelas beda. Untuk gelang berbahan tali dengan tiga mutiara air tawar kecil harganya Rp 25 ribu, sedang gelang tali yang sama dengan satu mutiara air laut ukuran kecil harganya Rp 100 ribu.
Kini Sukarni sudah memiliki tiga toko. Pertama di Pasar Seni Senggigi, lalu di depan kantor PLN Senggigi dan di Gili Air.
Tambahan modal untuk nasabah BTPN Syariah dirasakan pula manfaatnya oleh Maryati, pengusaha kopi robusta dan opak. "Bagi saya bantuan modal itu sangat penting buat usaha," katanya.
Maryati menjadi nasabah juga sejak lima tahun lalu. Dan sejak itu Maryati sudah lima kali mendapat bantuan permodalan. Bantuan modal pertama yang didapatkan senilai Rp 2,5 juta.
Maryati mengatakan, sebenarnya selain bantuan modal pengusaha kopi berlabel Asyraff Coffee sepertinya membutuhkan pula bantuan kepengurusan NIB atau Nomor Induk Berusaha, lalu sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga atau PIRT, hingga bantuan untuk memperoleh sertifikat halal. "Semua itu butuh uang untuk mengurusnya," katanya.
