Selasa 20 May 2025 20:04 WIB

PBB: 14 Ribu Bayi Gaza Terancam Meninggal 48 Jam Mendatang

Bantuan yang diperbolehkan masuk oleh Israel ke Gaza tak memadai.

Seorang ibu mengganti pakaian putrinya yang berusia lima tahun, yang menderita kekurangan gizi, di tempat penampungan tempat mereka tinggal di Deir el-Balah, Jalur Gaza, Selasa (24/12/2024).
Foto: Majdi Fathi/NurPhoto
Seorang ibu mengganti pakaian putrinya yang berusia lima tahun, yang menderita kekurangan gizi, di tempat penampungan tempat mereka tinggal di Deir el-Balah, Jalur Gaza, Selasa (24/12/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Tom Fletcher, wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, telah memperingatkan 14.000 bayi berisiko meninggal dalam 48 jam mendatang jika bantuan tidak sampai kepada mereka. Sejauh ini, bantuan yang diperbolehkan masuk ke Gaza oleh Israel masih sangat tak memadai.

Angka itu disebutnya “sangat mengerikan”. “Kita perlu membanjiri Jalur Gaza dengan bantuan kemanusiaan,” katanya dalam wawancara dengan BBC. “Saya ingin menyelamatkan sebanyak mungkin dari 14.000 bayi ini dalam 48 jam ke depan.”

Baca Juga

Seruan mendesak untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dilakukan di tengah penderitaan akut yang dialami warga Palestina. Menurut Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) PBB, lebih dari 93 persen anak-anak di Gaza – sekitar 930.000 – berisiko kelaparan akibat perang dan blokade yang sedang berlangsung. 

Sejak awal Maret, setidaknya 57 anak dilaporkan meninggal karena kekurangan gizi. Jika blokade Israel terhadap Jalur Gaza terus berlanjut, maka hampir 71.000 anak di bawah usia lima tahun diperkirakan akan menderita kekurangan gizi akut selama 11 bulan ke depan. 

Aljazirah melaporkan, keluarga-keluarga di Gaza terpaksa mengonsumsi pakan ternak, tepung kadaluwarsa, dan tepung yang dicampur pasir, sementara anak-anak menderita penyakit yang disebabkan oleh kelaparan seperti diare dan kelelahan ekstrem.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa menyerukan agar bantuan tanpa batas mengalir ke Gaza. Ia menggambarkan jumlah bantuan yang diizinkan Israel sebagai “setetes air di lautan”. 

Kaja Kallas mengatakan pada Aljazirah para menteri Eropa yang berkumpul di Brussels akan melakukan “diskusi yang sangat serius mengenai Gaza dan apa yang terjadi di sana”. Secara khusus, para menteri akan membahas usulan Belanda untuk meninjau kembali Perjanjian Asosiasi antara UE dan Israel, khususnya Pasal 2 yang menyatakan bahwa kedua belah pihak harus menghormati hak asasi manusia. 

“Saya tidak bisa memprediksi hasil diskusi ini,” katanya. “Tetapi menurut saya yang penting, karena kita semua memiliki pandangan yang sama, adalah bantuan kemanusiaan harus mencapai Gaza sesegera mungkin.” 

Dia mengatakan keputusan Israel untuk mengizinkan bantuan dalam jumlah terbatas ke Gaza, setelah blokade selama berbulan-bulan, “disambut baik, tetapi itu tidak cukup”. “Ada ribuan truk di belakang perbatasan yang menunggu,” katanya. “Uang Eropalah yang mendanai bantuan kemanusiaan ini, dan bantuan ini harus menjangkau masyarakat, karena situasinya sangat buruk.”

Juru bicara kantor kemanusiaan PBB Jens Laerke membuat pengumuman tersebut pada konferensi pers di Jenewa, dan menyebutnya sebagai lompatan besar dari sembilan truk yang diperbolehkan masuk kemarin. Ia mengatakan, truk yang masuk berisi makanan bayi dan produk bergizi untuk anak-anak. “Langkah selanjutnya dikumpulkan, kemudian disalurkan melalui sistem yang ada, yang sudah terbukti,” imbuhnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement