REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI — Uni Emirat Arab (UEA) mencatat suhu ekstrem 51,6 derajat Celsius selama dua hari berturut-turut, memecahkan rekor suhu tertinggi untuk bulan Mei. Fenomena ini memperkuat peringatan ilmuwan soal meningkatnya risiko gelombang panas akibat perubahan iklim.
Menurut Pusat Meteorologi Nasional UEA, suhu puncak tercatat pada Sabtu (24/5/2025) di Sweihan, wilayah Al Ain, tepat pukul 13.45 waktu setempat. Sehari sebelumnya, suhu di wilayah Abu Dhabi juga melonjak hingga 50,4 derajat Celsius, sekitar 1,2 derajat lebih rendah dari rekor baru ini.
Dua hari berturut-turut suhu melampaui angka 50 derajat Celsius, mematahkan rekor sebelumnya untuk bulan Mei, yakni 50,2 derajat Celsius yang dicatat pada tahun 2009. Pemerintah UEA pun mengeluarkan imbauan kepada warga untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, terutama saat suhu menembus ambang kritis tersebut.
“Suhu tertinggi yang tercatat hari ini adalah 51,6 derajat Celsius di Sweihan,” tulis badan meteorologi UEA melalui media sosial X, dikutip dari France 24, Senin (26/5/2025).
Pemerintah UEA meminta masyarakat untuk tetap terhidrasi, menghindari aktivitas luar ruangan pada jam-jam terpanas, dan mengikuti informasi resmi cuaca. Risiko kesehatan serius mengintai, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, serta penderita penyakit kronis.
Sebagai negara gurun dan penghasil minyak, UEA termasuk wilayah yang paling terdampak pemanasan global. Ilmuwan memperingatkan bahwa gelombang panas ekstrem bukan hanya akan lebih sering terjadi, tetapi juga akan berlangsung lebih lama dan lebih intens.
Dalam tiga dekade terakhir, jumlah hari dengan suhu ekstrem secara global telah berlipat ganda. Laporan Greenpeace pada 2022 menunjukkan bahwa kawasan Timur Tengah, termasuk UEA, memanas hampir dua kali lebih cepat dibanding rata-rata global. Hal ini membuat pasokan air dan pangan di kawasan tersebut menjadi sangat rentan.