REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY — Pemerintah Australia memberikan bantuan tunai dan tunjangan pendapatan bagi warga yang terdampak banjir besar di wilayah tenggara. Bantuan ini diberikan untuk meringankan beban ribuan korban yang rumah dan akses hidupnya rusak akibat bencana.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan bantuan bencana senilai 1.000 dolar Australia (sekitar Rp 10 juta) untuk orang dewasa dan 400 dolar Australia untuk anak-anak akan mulai dicairkan pada Rabu (28/5/2025). Selain itu, tunjangan pendapatan selama 13 pekan juga akan diberikan dan cakupannya diperluas ke lebih banyak warga.
“Masih ada tantangan yang sangat besar, ini bukan sesuatu yang bisa hilang dalam hitungan hari atau pekan atau bahkan bulan,” ujar Albanese saat meninjau Kota Taree yang terdampak banjir. “Butuh waktu untuk pulih, tapi rakyat Australia kuat,” ujarnya.
Hujan deras selama tiga hari berturut-turut mengguyur wilayah Hunter dan Mid North Coast di Negara Bagian New South Wales. Air sungai meluap dan merendam jalanan hingga memutus akses bagi lebih dari 50 ribu orang.
Banjir juga menghantam sektor peternakan. Albanese menyebut industri susu mengalami kerugian besar, dengan bangkai ternak yang terseret arus banjir hingga ke pesisir. Ia memperingatkan dampaknya bisa meluas ke pasokan nasional.
Layanan darurat negara bagian melaporkan hampir 800 rumah kini tidak layak huni, berdasarkan lebih dari 7.300 penilaian kerusakan.
Sementara itu, Insurance Australia Group—perusahaan asuransi terbesar di negeri itu—telah menerima sekitar 2.500 klaim, sebagian besar untuk kerusakan properti.
Pakar iklim menyatakan bencana ini merupakan bagian dari tren meningkatnya cuaca ekstrem di Australia akibat perubahan iklim. Setelah menghadapi kekeringan dan kebakaran hutan terburuk dalam satu dekade terakhir, banjir kini menjadi ancaman rutin sejak awal 2021.