REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minuman manis dalam kemasan kerap dipandang sebagai biang kerok kesehatan anak. Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR Dr Eka Laksmi Hidayati, SpA, SubspNefro(K) mengatakan minuman berperasa dalam kemasan bukan menjadi pemicu utama rusaknya fungsi ginjal anak.
“Kalau minuman yang memang sudah dikeluarkan izinnya, minuman-minuman pabrik itu sebetulnya tidak secara langsung berdampak terhadap fungsi ginjal, semua harus melewati obesitas itu tadi,” kata Eka, Selasa (27/5/2025).
Eka mengatakan penyakit ginjal merupakan faktor genetik yang pencetusnya belum bisa diketahui secara pasti namun bisa diperiksa secara detail. Penyakit ginjal bisa didapat dari bawaan sejak dalam kandungan, yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan risiko penyakit ginjal kronik.
Penyakit ginjal juga merupakan penyakit yang dipicu karena adanya penyakit metabolik lain seperti hipertensi, dan obesitas.
Minuman berpemanis dalam kemasan bisa menyebabkan penyakit ginjal jika terindikasi adanya cemaran melalui penelitian sampel. Namun memeriksa sampel dengan orang yang terpapar minuman berperasa yang tercemar akan sulit, jika tidak ada kejadian dalam skala besar.
Sementara itu, Eka mengatakan obesitas bisa menyebabkan meningkatnya risiko untuk terjadinya diabetes dan hipertensi, yang nantinya bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Kebiasaan malas bergerak pada anak juga bisa memicu munculnya obesitas yang nantinya dapat berdampak pada rusaknya fungsi ginjal.
Selain itu, Eka juga mengatakan menjaga gaya hidup dengan bergerak aktif dan menjaga asupan cairan dapat menjaga fungsi ginjal tetap terjaga. Sementara jika anak mengalami gejala muntah-muntah hebat hingga kekurangan cairan maka segera diperiksakan ke dokter.
"Yang mungkin paling penting adalah menjaga asupan cairan. Karena ginjal kita akan berfungsi dengan baik kalau asupan cairan cukup," katanya.