Senin 02 Jun 2025 09:48 WIB

Ekonom Prediksi Terjadi Deflasi pada Mei 2025, Ini Pemicunya

Efek musiman Lebaran mereda, tekanan inflasi kembali terkendali.

Pedagang sayur merapikan cabai rawit di Pasar Kosambi, Kota Bandung. Sabtu (22/3/2025).
Foto: Edi Yusuf
Pedagang sayur merapikan cabai rawit di Pasar Kosambi, Kota Bandung. Sabtu (22/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan Indeks Harga Konsumen (IHK) Badan Pusat Statistik (BPS) untuk Mei 2025 akan mencatat deflasi sebesar 0,27 persen secara bulanan (month to month/mom).

“Pada bulan Mei 2025 diperkirakan akan mengalami deflasi secara bulanan, dengan estimasi sebesar 0,27 persen mom, setelah pada April tercatat inflasi tinggi 1,17 persen mom akibat lonjakan musiman selama periode Lebaran,” ujarnya di Jakarta, Senin (2/6/2025).

Baca Juga

Penurunan harga ini terutama didorong oleh normalisasi harga pangan pasca-Idulfitri, termasuk penurunan harga komoditas volatile seperti cabai merah dan cabai rawit. Sementara itu, komoditas pangan utama seperti beras dan produk unggas diperkirakan masih mencatat inflasi, namun dalam skala moderat.

Di luar kelompok pangan bergejolak, Josua menjelaskan harga yang diatur pemerintah (administered prices) juga mengalami deflasi, meskipun tidak sedalam kelompok pangan.

Hal ini disebabkan oleh turunnya harga BBM nonsubsidi akibat pelemahan harga minyak global pada April, serta penurunan tarif angkutan udara menyusul berakhirnya lonjakan permintaan saat Lebaran. Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi umum diperkirakan melandai menjadi sekitar 1,70 persen yoy pada Mei 2025 dari 1,95 persen yoy pada bulan sebelumnya.

Inflasi inti (core inflation) juga diproyeksikan turun tipis ke 2,43 persen yoy dari 2,48 persen yoy, seiring dengan turunnya harga emas domestik dan penguatan nilai tukar rupiah di tengah meredanya tensi dagang global. Jika proyeksi ini terealisasi, maka tren penurunan inflasi tetap konsisten dengan tekanan harga yang rendah pada semester I 2025.

“Secara kumulatif, inflasi sejak awal tahun hingga Mei diperkirakan baru mencapai 1,29 persen year to date (ytd), relatif rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” jelas Josua.

Lebih lanjut, dalam konteks kebijakan moneter, kondisi ini memperkuat ekspektasi bahwa inflasi akan tetap berada dalam rentang target Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5–3,5 persen hingga akhir tahun.

Bahkan, deflasi lanjutan diperkirakan berlanjut pada Juni hingga Agustus karena pemberian diskon tarif listrik oleh pemerintah yang secara historis mampu menekan laju inflasi bulanan.

Namun, efek ini diperkirakan bersifat temporer karena pada paruh kedua tahun ini inflasi diprediksi kembali naik seiring normalisasi kebijakan dan membaiknya permintaan domestik.

Dengan memperhitungkan berbagai faktor tersebut, inflasi akhir tahun 2025 diperkirakan berada di kisaran 2,33 persen. Angka ini masih dalam target BI, meski meningkat dari capaian 1,57 persen pada akhir 2024.

Secara keseluruhan, dinamika inflasi pada Mei 2025 menunjukkan pergeseran musiman yang sehat pasca-Lebaran, dengan tekanan harga yang tetap terkendali.

“Bila stabilitas eksternal, khususnya terkait perang dagang global dan volatilitas nilai tukar, semakin membaik, serta pertumbuhan ekonomi tidak menunjukkan tanda pemulihan yang kuat, Bank Indonesia memiliki ruang untuk mempertimbangkan pelonggaran lanjutan sebesar 25 basis points (bps) guna menjaga momentum pertumbuhan, terutama dalam menghadapi tekanan permintaan domestik yang masih lemah,” jelas Josua.

Adapun pada Senin ini (2/6/2025), BPS akan mengumumkan perkembangan Indeks Harga Konsumen Mei 2025, Indeks Harga Perdagangan Besar Mei 2025, Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Mei 2025, perkembangan Pariwisata Nasional April 2025, perkembangan Transportasi Nasional April 2025, luas panen dan produksi padi serta jagung di Indonesia, hingga perkembangan ekspor dan impor Indonesia April 2025.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement