Rabu 18 Jun 2025 16:33 WIB

Rocketry Program Targetkan Keterlibatan Penuh pada Kompetisi IREC Mendatang

Langkah awal, sekecil apa pun, bisa membuka jalan bagi sebuah lompatan besar.

Najwa Rashika Az-Zahra Raharema di Midland Space Port Rocket Launch Area, Texas, Amerika Serikat.
Foto: dokpri
Najwa Rashika Az-Zahra Raharema di Midland Space Port Rocket Launch Area, Texas, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Pada tahun 2024, Edmund Pascalis, mahasiswa University of Texas at Dallas dan anggota tim American Institute of Aeronautics and Astronautics (AIAA), turut serta dalam International Rocket Engineering Competition (IREC), kompetisi teknik roket antarmahasiswa terbesar di dunia yang diselenggarakan oleh Experimental Sounding Rocket Association (ESRA) di Amerika Serikat sejak 2006. Dari pengalaman tersebut, terlebih setelah melihat tim Thailand dan tim Asia lainnya, muncul sebuah pertanyaan: Mengapa Indonesia belum ada di sini?

Bukan sekadar kompetisi, IREC menjadi jendela ke masa depan. Dan dari sanalah muncul gagasan: Indonesia harus mulai sekarang, bukan nanti. Bukan menunggu segalanya siap. Dengan semangat belajar, keberanian membangun, dan tekad untuk terhubung dengan dunia. Karena langkah awal, sekecil apa pun, bisa membuka jalan bagi sebuah lompatan besar.

Gagasan ini mendapat sambutan dari Yayasan Indonesia Lighthouse, organisasi diaspora Indonesia yang berbasis di Texas. Maka lahirlah Rocketry Program, sebuah inisiatif dalam kerangka Global Leadership Program yang ditujukan untuk mendorong riset, inovasi, dan partisipasi mahasiswa Indonesia dalam dunia peroketan dan kompetisi global.

Sebagai langkah awal dari Rocketry Program 2025, program ini telah memfasilitasi keikutsertaan Najwa Rashika Az-Zahra Raharema, anggota tim roket Aksantara ITB sebagai pengamat (spectator) dalam ajang IREC 2025 yang diselenggarakan pada 9–14 Juni 2025 di Midland Space Port Rocket Launch Area, Texas, Amerika Serikat. Partisipasi ini menjadi fondasi penting dalam mempersiapkan kehadiran aktif tim mahasiswa Indonesia di kancah kompetisi roket internasional.

photo
Foto bersama seluruh peserta IREC 2025 - (dokpri)

Ke depan, Rocketry Program 2025 menargetkan keterlibatan yang lebih besar, dengan mendorong tim-tim mahasiswa Indonesia tidak hanya hadir sebagai pengamat, tetapi juga sebagai peserta penuh yang siap bersaing dan berkontribusi di tingkat global.

IREC 2025 diikuti oleh lebih dari 143 tim mahasiswa dari 22 negara, yang bertanding dalam tiga kategori utama:

1. COTS (Commercial Off-The-Shelf): menggunakan komponen siap pakai yang tersedia secara komersial.

2. SRAD (Student-Researched and Developed): tim membuat sendiri komponen utama seperti motor roket dan sistem avionik.

3. Multistage: roket bertingkat dengan dua atau lebih tahap peluncuran, masing-masing menggunakan mesin pendorong berbeda.

Setiap kategori roket diperlombakan dalam tiga ketinggian target: 10 ribu kaki, 30 ribu kaki, dan 45 ribu kaki. Penilaian mencakup akurasi pencapaian ketinggian, desain teknik, aspek keselamatan, dan keberhasilan pelaksanaan misi.

Selama mengikuti IREC 2025 sebagai pengamat, Najwa mendapatkan kesempatan berharga untuk berinteraksi langsung dengan sejumlah tim peserta dari berbagai negara, di antaranya adalah Comet Rocketry dari University of Texas at Dallas dan UFABC Rocket Design dari Brasil.

"Banyak pelajaran dan pengetahuan penting yang saya dapatkan dari pengamatan selama kompetisi ini berlangsung," ujar Najwa.

photo
Najwa Rashika Az-Zahra Raharema (kanan) bersama Edmund Pascalis - (dokpri)

Ia menekankan bahwa pengalaman tersebut bukan hanya menambah wawasan langsung tentang aspek teknis peroketan, dinamika perlombaan, hingga manajemen tim dalam skala internasional, melainkan juga pembelajaran menyeluruh tentang bagaimana semangat kolaboratif, inovasi, dan profesionalisme diterapkan dalam skala global. Menurutnya, keterlibatan di ajang seperti IREC memberikan gambaran nyata akan standar internasional dalam pengembangan teknologi roket, serta memacu semangat untuk membawa nama Indonesia tampil sebagai peserta aktif di masa depan.

"Melihat langsung bagaimana tim-tim dunia bekerja, berkolaborasi, dan menyelesaikan tantangan membuat saya semakin termotivasi untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan. Ini bukan hanya soal roket, tapi juga soal keberanian untuk bersaing dan belajar di tingkat dunia," katanya.

Untuk dapat menghadirkan roket buatan Indonesia dalam kompetisi internasional seperti IREC di Amerika Serikat pada tahun-tahun mendatang, dibutuhkan persiapan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satu hal krusial yang menjadi sorotan adalah pentingnya membangun ekosistem yang mendukung, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di bidang teknologi peroketan.

Dukungan tersebut mencakup penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, seperti laboratorium riset, fasilitas uji coba roket di lapangan terbuka, serta akses terhadap komponen dan teknologi yang relevan. Selain itu, diperlukan kebijakan yang progresif dari pemerintah untuk mendorong pengembangan sumber daya manusia, riset, dan inovasi di sektor ini. Tak kalah penting, pendanaan yang berkelanjutan juga menjadi faktor penentu agar tim-tim mahasiswa Indonesia dapat bersaing secara setara di tingkat global.

Partisipasi Najwa sebagai pengamat dalam IREC 2025 diharapkan dapat menjadi langkah awal yang strategis dalam menjembatani potensi anak muda Indonesia dengan ekosistem global di bidang teknologi peroketan. Yayasan Indonesia Lighthouse, sebagai penggagas Rocketry Program 2025, melihat kehadiran di ajang internasional ini bukan sekadar representasi simbolis, tetapi bagian dari proses pembelajaran, koneksi, dan validasi kompetensi generasi muda Indonesia di mata dunia.

“Bagi kami, keberhasilan bukan semata soal siapa yang menang, tetapi siapa yang berani mengambil langkah pertama. Karena perubahan besar sering kali dimulai dari langkah kecil yang dijalani dengan keyakinan dan komitmen bersama," ujar Edmund Pascalis, penggagas pembentukan tim roket ini.

"Hal lain yang perlu diingat oleh generasi muda bahwa seringkali pintu menuju peluang tidak dibuka oleh tokoh besar atau orang terkenal, melainkan oleh mereka orang-orang biasa yang melihat potensi dalam diri kalian, bahkan sebelum dunia menyadarinya," kata Dian Widhiati, pendiri Indonesia Lighthouse, menambahkan.

photo
Najwa Rashika Az-Zahra Raharema (jongkok di kiri depan) bersama Comet Rocketry dari University of Texas at Dallas dan UFABC Rocket Design dari Brasil. - (dokpri)

Yayasan Indonesia Lighthouse berkomitmen untuk menjadi fasilitator dalam membangun ekosistem inovasi yang berkelanjutan, serta mendampingi talenta muda Indonesia dalam mengembangkan kapasitas dan bersaing di tingkat global. Indonesia Lighthouse membayangkan suatu masa di mana peluncuran roket dengan bendera Merah Putih bukan lagi sekadar simbol harapan, tetapi representasi konkret dari semangat para pemimpi, pencipta, dan pelopor Indonesia yang hadir dan diakui di panggung dunia.

Sekaranglah waktunya

Melalui inisiatif Rocketry Program 2025 ini, Indonesia Lighthouse mengajak para pemimpin, akademisi, pelaku industri, dan mitra global untuk bersama-sama membentuk langkah awal menuju masa depan teknologi luar angkasa Indonesia.

"Mudah-mudahan dari satu langkah kecil yang dijalankan dengan kesungguhan dan komitmen, dapat tumbuh sebuah gerakan besar, gerakan yang mendorong Indonesia melangkah lebih jauh, secara harfiah dan strategis, ke panggung dunia," ujar Dian.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement