REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Ditengah bayangan salju yang menutup bangunan abad ke 16 di Kazan Kremlin, para pejabat lokal Tartarstan, salah satu negara bagian di Rusia, tengah membuat kebijakan untuk menjadikan kawasan berdiamnya komunitas Muslim Tartar di Rusia sebagai pusat keuangan syariah. Kebijakan itu rencananya dijalankan Juli 2011 dengan harapan menarik investasi pengusaha asal Timur Tengah.
Pemerintah Tartastan rupanya kepincut dengan peluang investasi yang akan mendukung pertumbuhan ekonominya. Betapa tidak menggiurkan, pertumbuhan keuangan syariah dunia pertahunnya terus meningkat.
Jamelah Jamaluddin, CEO Kuwait Finance House di Malaysia menuturkan pertumbuhan ekonomi syariah di dunia tiap tahunnya meningkat 14 persen. Pada tahun 1990an saja, kata Jamela, keuangan syariah memiliki perputaran modal mencapai $ 150 miliar. Jumlah itu meningkat drastis menjadi $ 14.1 triliun pada tahun 2009. Karena itu, pejabat Tatarstan berharap bisa menerbitkan sukuk $ 100-200 juta.
"Kami sangat percaya hanya masalah waktu bagi Rusia untuk mengejar ketinggalan dalam keuangan Islam," kata Zaid Maleh, Direktur Investment Banking untuk Timur Tengah dan Afrika, bank Rusia VTB Group seperti dikutip dari Hurriyetdailynews, akhir pekan lalu.
Maleh mengatakan Rusia memiliki peluang besar dalam investasi syariah, seperti infrastruktur dan pertanian. Ia bahkan optimis Rusia berpeluang menyerap dana investasi sebesar $ 800 miliar
Linar Yakupov, Ketua Komite untuk Bisnis kecil dan Menengah di Tatarstan, mengatakan, kawasan itu berusaha mendiversifikasi ekonominya dari ketergantungan tradisional pada sumber daya alam lalu menggantinya dengan menarik investasi asing. "Keuangan Islam merupakan salah satu alternatif untuk sumber daya alam Ini. Kami juga memiliki opsi tambahan berupa populasi Muslim yang besar," kata Yakupov.
Namun, optimisme perkembangan ekonomi syariah di kawasan itu bukanlah tanpa tantangan. Misalnya saja, masalah sukuk, yang sedianya diterbitkan Maret lalu, terpaksa ditunda lantaran terganjal birokrasi hukum dan keuangan di Rusia.
Tantangan lain adalah ketiadaan sumber daya manusia yang melek tentang keuangan syariah. "Tantangan terbesar bagi Rusia adalah mendidik sumber daya manusia terkait hukum syariah, "kata Mohammad Farrukh Raza, Direktur Pengelola Keuangan berbasis Islam di Inggris, IFAAS.