REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Pembiayaan griya mendominasi bisnis Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah sebesar 60 persen. Anak usaha BNI tersebut mencatat pembiayaan di bidang perumahan ini sebesar Rp 2 triliun pada semester pertama 2011 ini.
Menurut Manager Divisi Jaringan dan Strategi Pembiayaan BNI Syariah, Achmad Basuki, bisnis ini terus tumbuh hingga 15 persen dari Desember 2010 lalu. ''Posisi sebelumnya, BNI Syariah mencatat griya Rp 1,7 triliun,'' katanya pada sejumlah wartawan, Selasa (9/8). Ia mengaku hingga akhir 2011 nanti, BNI Syariah menargetkan pembiayaan ini bakal mencapai Rp 2,3 triliun. ''Jadi kita pacu Rp 300 miliar lagi,'' ujarnya.
Ke depan, untuk menggenjot griya, BNI Syariah bakal intensif melakukan promosi dalam real estate ekspo. Bank ini juga bakal bekerja sama dengan seratus developer (pengembang) baru.
Agar kompetitif dengan bank konvensional, BNI Syariah mengembangkan angsuran fleksibel. Di dua tahun pertama, BNI Syariah menerapkan angsuran yang lebih murah.
''Di kuartal keempat, ada rencana mengembangkan akad,'' katanya. Musyarakah mutanaqisas atau perpindahan aset secara bertahap dari bank ke nasabah, menjadi pilihan karena dianggap bisa memudahkan baik bank maupun nasabah.
Selama ini, bisnis griya menggunakan akad murabahah. Perjanjian ini merupakan transaksi jual beli antara perbankan dengan nasabah, di mana bank menerapkan equivalent rated (keuntungan).
BNI Syariah menerapkan equivalent rated berbeda, sesuai jangka waktu pembiayaan nasabah. Untuk lima tahun, nasabah dikenai equivalent rated 11,25 persen sedangkan untuk 10 dan 15 tahun, BNI Syariah menerapkan equivalen rated 12,5 persen dan 13,5 persen.
Achmad mengaku wilayah Jabodetabek mendominasi pembiayaan ini. Sementara itu, di luar Jabodetabek, BNI Syariah mencatat pembiayaan griya menunjukan prospek signifikan di Surabaya.
Fungsi sebagai wilayah peyangga menjadi penyebab besarnya bisnis di kawasan ini. BNI Syariah masih bermain di pembiayaan untuk bangunan perumahan sedangkan untuk apartemen, kontribusinya masih sangat kecil.
BNI Syariah membukukan pembiayaan sebesar Rp 4,49 triliun di Juni 2011. Terjadi peningkatan signifikan sebesar 43,34 persen atau Rp 1,35 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,13 triliun