REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Penerbitan sukuk global bisa saja tak berjalan lancar seperti yang diharapkan pemerintah. Hal ini mungkin saja terjadi apalagi jika dihubungkan dengan situasi politik dalam negeri yang terjadi belakangan ini.
Menurut pengamat ekonomi syariah, Wahyu Dwi Agung, stabilitas politik Tanah Air tak bisa dipungkiri menjadi salah satu alasan investor mau menanamkan dananya.
“Mereka tentu juga akan melihat risk yang ada. Kalau ternyata resikonya besar karena politik, tentu berinvestasi di sukuk global sekarang tidak akan menguntungkan bagi investor, ” kata Direktur Utama MC Consulting itu saat dihubungi Republika, Rabu (24/8).
Selain itu, Wahyu mengaku imbal hasil yang kompetitif juga akan menjadi penentu lain dalam penjualan sukuk global. Sehingga, hal tersebut harus diperhatikan benar.
Namun, harapan akan kesuksesan instrumen ini menggalang dana masih terbuka. Kondisi perekonomian yang tidak baik di Amerika Serikat dan Eropa, membuat para investor asal Timur Tengah mau tak mau harus menyalurkan dana ke negara lain yang relatif stabil.
“Mereka butuh mengalokasi portopolio keuangan,” katanya. Negara-negara Asia, termasuk Indonesia, bisa menjadi tujuan favorit investor.