REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof Abdul Mu'ti meminta para guru bahasa Indonesia untuk menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning). Hal itu sebagai bagian dari transformasi pembelajaran bahasa Indonesia di ruang kelas.
Menurut Abdul Mu'ti, capaian dari pembelajaran bahasa Indonesia sudah seharusnya mencakup pengembangan kemampuan para murid dalam bernalar kritis dan berpikir logis. Dengan demikian, mereka dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi yang efektif.
“Nah, deep learning dalam pengajaran bahasa Indonesia itu harus sudah mulai menjadi bagian dari transformasi pembelajaran bahasa Indonesia. Tidak sekadar mereka itu bisa membaca, tetapi paham dengan bahasa, dengan yang dia baca,” kata Mendikdasmen Abdul Mu'ti dalam kegiatan bertajuk "Pak Menteri Menyapa Guru Bahasa Indonesia" di Gedung A Kemendikdasmen di Jakarta, Selasa (24/6/2025).
Selama ini, ia menilai metode pembelajaran bahasa Indonesia cenderung normatif dan kurang inovatif. Sebab, guru-guru belum mengadopsi pendekatan deep learning dalam mengajarkan bahasa Indonesia.
Hal itu, lanjut Mendikdasmen, membuat kurangnya pendekatan kreatif dalam proses belajar mengajar. Dampaknya pada rendahnya motivasi siswa dalam mempelajari karya sastra.
Padahal, sastra dapat menjadi sarana pembentukan karakter serta pembentukan empati yang positif. Lantaran kurang termotivasi mempelajari sastra, demikian pengamatan Abdul Mu'ti, tidak sedikit anak muda yang menggunakan bahasa Indonesia hanya untuk membuat kegaduhan (noise), alih-alih menyampaikan gagasan yang konstruktif (voice). Itu terutama di tengah era kebebasan berpendapat dan kemajuan teknologi komunikasi saat ini.
View this post on Instagram